TEMPO.CO, Surabaya – Bergulirnya turnamen Piala Kemerdekaan diyakini dapat berkontribusi dalam menumbuhkan perekonomian di Jawa Timur. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah menyatakan, pertandingan sepak bola akan menggerakan ekonomi kerakyatan.
“Memang tidak berhubungan langsung dengan inflasi atau Indeks Tendensi Konsumen (ITK), namun bisa luar biasa menggerakkan aktivitas ekonomi rakyat,” ujarnya kepada Tempo di kantornya, Selasa, 15 September 2015. Pernyataannya itu menanggapi penjelasan Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengenai dampak pelarangan pertandingan sepak bola.
Sebelumnya Soekarwo meminta agar pemerintah pusat tidak melarang lagi pertandingan sepak bola pascapembekuan kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, 17 April lalu. Menurutnya, larangan itu justru menimbulkan rendahnya optimisme masyarakat terhadap perekonomian, khususnya di Jawa Timur.
"Berdasarkan data Bank Indonesia pada akhir triwulan I, inflasi Jawa Timur naik karena larangan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang rapat di hotel dan larangan untuk main sepak bola," katanya di Hotel Bumi, Senin, 14 September lalu. Indeks Tendensi Konsumen Jawa Timur, kata Soekarwo, menjadi rendah akibat larangan tersebut.
Sairi melanjutkan, gelaran pertandingan sepak bola menggairahkan sektor usaha kecil, mikro, dan menengah, terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah. “Sektor perdagangan bergerak, mulai penjual nasi goreng, bakso, kaos pemain, hingga sektor industri juga. Karena yang diperjualbelikan adalah komoditas industri,” ujarnya.
Ditambah lagi, pertandingan sepak bola yang digelar sebesar Indonesia Super League, mulai penduduk desa sampai kecamatan berbondong-bondong menonton. "Ini potensi besar, karena itu pertumbuhan perekonomian harus dilihat secara menyeluruh,” kata Sairi.
ARTIKA RACHMI FARMITA