TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat kenaikan impor dari Cina secara signifikan pada Agustus 2015. Nilai impor nonmigas dari Cina pada Juli 2015 adalah sebesar US$ 1,8 miliar. Di Agustus, nilainya menjulang jadi US$ 2,51 miliar. Kini, Cina dinobatkan sebagai negara asal barang impor nonmigas terbesar periode Januari hingga Agustus 2015.
“Ekspor kita ke Tiongkok besar, tapi impornya lebih besar,” kata Suryamin, Kepala Badan Pusat Statistik, memaparkan data ekspor-impor Agustus 2015 di kantornya, Selasa, 15 September 2015.
Suryamin menjelaskan bahwa peningkatan impor yang signifikan dari Juli ke Agustus tidak ada hubungannya dengan pelemahan mata uang yuan. Ia mengatakan pada April, nilai impor mencapai US$ 2,4 miliar, Mei turun menjadi sekitar US$ 2,3 miliar.
Sedangkan pada Juni nilainya naik menjadi US$ 2,62 miliar. “Belum ada dampak yang signifikan, karena bulan Juni lebih tinggi dari Agustus,” ia mengungkapkan.
Suryamin menduga, rendahnya nilai impor di Juli disebabkan bertepatan dengan bulan puasa, sehingga konsumsi masyarakat jadi menurun. Untuk kenaikan yang drastis pada Agustus, ia belum berani mengambil kesimpulan.
Suryamin mengatakan efek melemahnya nilai tukar rupiah kepada ekspor tidak bisa berlangsung cepat. Paling tidak dibutuhkan waktu selama dua atau tiga bulan. “Kita lihat saja dua tiga bulan ke depan,” ujar dia.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar periode Januari hingga Agustus 2015 adalah Cina dengan nilai US$ 19,02 miliar (24,13 persen), Jepang US$ 9,15 miliar (11,62 persen), dan Singapura US$ 5,81 miliar (7,37 persen).
MAYA AYU PUSPITASARI