TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengkritik pemimpin badan usaha milik negara untuk tidak bersikap semena-mena. Kritiknya ini terutama ditujukan kepada Richard Joost Lino, Direktur Pelindo II, yang setelah "dikepret" Rizal, berusaha melakukan pencitraan dengan memasang iklan besar-besaran di surat kabar.
"Itu, kan, cara dia saja karena tidak bisa mendebat seorang Rizal Ramli. Tapi, DPR harusnya mempertanyakan, BUMN bisa pasang iklan empat halaman yang nilainya miliaran itu, duitnya dari mana? Memang uang BUMN itu uang nenek moyangnya?" kata Rizal dalam diskusi di Jakarta pada Senin, 15 September 2015. Ia berharap elite lainnya tidak lagi melakukan cara yang sama.
Baca juga:
Alumnus UI Ini Jatuh dari Lantai 13, Gara-gara Cinta Segitiga?
Setelah Diserang Fadli Zon, PDIP Siapkan Pengganti
Rizal membela diri dan menyebut cara "rajawali ngepret" yang dilakukannya justru untuk mendorong perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. "Karena para elite itu sudah tidak melakukan apa-apa, terlalu nyaman tidak melakukan apa-apa, dan KKN," ujarnya.
Rizal mengaku tidak akan bersikap halus. “Saya antitesis SBY, tidak bisa membereskan masalah dengan santun. RJ Lino enggak bisa lawan saya. Dia pasang iklan di Kompas Rp 4 miliar, di Bisnis Indonesia Rp 8 miliar," tuturnya.
Iklan itu bercerita tentang rencana pembangunan Pelabuhan Kalibaru yang menurut Rizal Ramli sekarang mangkrak. "Saya enggak mau ladeni yang begitu, norak. Punya uang, punya kuasa, Kabareskrim bisa diganti. Yang begini-begini kita harus ladeni, harus dirapikan," ucapnya.
Berita Menarik:
Wah, Ada Kalajengking Merah Raksasa di Planet Mars?
Ini Topi Setya Novanto dari Donald Trump yang Diungkit KPK
Rizal berharap para elite, termasuk keluarganya, tidak memiliki kepentingan bisnis. Terlebih saat anggota keluarga mereka memiliki kuasa sehingga dapat mengintervensi untuk kepentingan bisnis.
INEZ CHRISTYASTUTI HAPSARI
Artikel Menarik:
Ribut Pansus Pelindo II: Banteng Mau Nyeruduk Istana?