TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli punya istilah sendiri untuk posisi Indonesia dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Saat ini, tengah ada dua negara yang bersaing untuk memenangkan tender proyek tersebut, yakni Cina dan Jepang.
"Indonesia bagai gadis cantik yang tengah dirayu dua pemuda yaitu Cina dan Jepang," kata dia di kantornya usai bertemu dengan Duta Besar Cina Xie Feng pada Senin, 31 Agustus 2015. Menurut Rizal, pertemuan itu membahas tawaran serta keuntungan apa saja yang akan didapat Indonesia bila bekerja sama dengan Cina.
Dalam pengambilan keputusan antara dua negara ini, Rizal mengatakan mempertimbangkan beberapa faktor. Seperti bunga, lalu jangka waktu program, serta kemungkinan transfer ilmu. Ia tak ingin Indonesia hanya menerima begitu saja kereta cepat tanpa mampu mengembangkan teknologinya sendiri.
"Harus ada transfer ilmu, jadi dalam jangka waktu 30 tahun jangan Cina-Jepang saja yang melakukan, harus ada transfer ilmunya," kata dia. Ia pun berharap pekerja Indonesia juga dilibatkan dalam proyek ini.
Rizal menjamin, seluruh pekerja kerah biru yang akan mengerjakan proyek merupakan pekerja lokal. Tenaga asing akan dipekerjakan di bidang profesional. Dubes Cina, Xie Feng, membenarkan hal tersebut. Tak hanya itu, ia juga menjanjikan penggunaan komponen lokal. Perbandingannya, menurut Xie, 60 persen lokal, 40 persen Cina.
"Kami terbuka untuk semua permintaan rakyat Indonesia. Antara Cina dan Indonesia memang ada bagi kue, dan semua masyarakat harus bisa menikmati kue ini," kata dia.
URSULA FLORENE SONIA