TEMPO.CO , Jakarta - Analis senior LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo, menilai sejumlah langkah yang dikeluarkan untuk menahan laju penurunan indeks harga saham gabungan Bursa Efek Indonesia tidak tepat. Musababnya, langkah-langkah tersebut tidak terlalu meningkatkan performa IHSG.
Lucky mencontohkan kebijakan diizinkannya emiten membeli kembali sahamnya yang telah dijual (buyback). Kebijakan ini dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. "Buyback seharusnya dilakukan saat pergantian menteri. Citra yang tercipta sedang positif," katanya, Rabu, 26 Agustus 2015.
Buktinya, Lucky menambahkan, buyback yang dilakukan badan usaha milik negara tidak berdampak besar. Apalagi dana yang disediakan pemerintah untuk kembali membeli saham hanya Rp 3 triliun. "Padahal dana asing yang perlahan-lahan keluar sudah sekitar Rp 20 triliun," ujarnya.
Yang juga menjadi sorotan Lucky adalah penerapan batasan auto reject. Menurut dia, kebijakan ini seharusnya diterapkan saat kondisi pasar mengalami volatilitas tinggi, tapi tidak ada sentimen negatif. "Dengan begini, yang ditangkap pasar adalah sinyal pelemahan," ucapnya.
IHSG bergerak fluktuatif dalam perdagangan kemarin. Sempat menyentuh level terendah di angka 4.161,21, IHSG yang bergerak naik-turun akhirnya ditutup menguat 9,23 poin (0,22 persen) ke level 4.237,73.
Lucky memprediksi IHSG masih akan tertekan sampai penutupan perdagangan pada pekan ini di angka uji 4.200 dan 4.150.
Dalam kondisi seperti saat ini, menurut Lucky, Bank Indonesia seharusnya juga menurunkan suku bunga acuannya. Sebab, angka 7,5 persen dinilai terlalu tinggi. BI bisa memangkas suku bunga menjadi 7,25-7 persen. "Dunia usaha menjadi takut karena telalu tinggi," ujarnya.
SINGGIH SOARES