TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kondisi ekonomi saat ini bukan krisis. Meski begitu, ujar dia, semua pihak harus terus waspada akan segala kejutan yang muncul pada ekonomi global.
Kondisi waspada menggambarkan dua hal. Pertama adalah menyadarkan semua pihak bahwa kondisi saat ini tak mudah. Di sisi lain, tetap memberikan semangat bahwa masih ada jalan keluar.
Bambang mengatakan saat ini Indonesia dihadapkan dengan kondisi global yang berbeda dibandingkan dengan krisis 1998. Saat ini, ekonomi global punya pola baru, yakni pemberian stimulus ekonomi.
Ekonomi dunia, kata dia, dipaksa cepat dan besar dengan stimulus moneter. Pola ini dimulai dengan Amerika Serikat lalu diikuti Jepang dan Eropa. “Padahal itu sifatnya jangka pendek dan vulnerable,” katanya di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2015. (Lihat Video Pelaku Industri Dihimbau Gunakan Bahan Baku Lokal, Indeks Melorot Karena Yuan, Rupiah Terus Melemah Krisis Ekonomi 1998 Bisa Terulang)
Pola baru ini membuat ekonomi global mudah naik dan turun. Hal ini juga berimbas pada ekonomi Indonesia. Gelembung stimulus dari negara maju membuat kondisi ekonomi menjadi sangat baik dan tak disadari sebagai kondisi sesaat. Ia mengatakan pemerintah dan swasta agak lalai menghadapi gejala sementara tersebut.
Salah satu kejutan yang harus dihadapi saat ini adalah devaluasi yuan yang membuat kompleksitas makin tinggi. “Siapa sangka devaluasi Cina akan terjadi dan siapa yang bisa pastikan berapa lama akan dilakukan?” ujar Bambang.
Termasuk turunnya harga minyak. Perkiraan awal turunnya harga minyak hanya berlangsung sebentar. Namun ternyata hingga kini harga minyak masih terus melemah. Dengan begitu, harga komoditas lain juga akan sulit naik. “Kita harus bergerak cepat agar tak bergantung pada komoditas,” ujarnya.
TRI ARTINING PUTRI