TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dinilai masih kalah terang dibanding Indonesia. Van Nee Chong, Co-Head Infrastructure & Utilities Ratings mengatakan, rasio electricity (tingkat penggunaan listrik) di Indonesia masih 84 persen, di bawah Malaysia yang sudah mencapai 90 persen.
"Ketersediaan listrik merupakan salah satu infrastruktur kunci yang sangat mendesak untuk diperhatikan," kata Van Nee, dalam konferensi pers yang diadakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2015.
Menurutnya, saat ini cadangan listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Akuisisi lahan di daerah terpencil, menurut Van Nee, menjadi salah satu hambatan untuk pengembangan infrastruktur tersebut.
Selain itu, hambatan birokrasi, dan subsidi pemerintah yang terbatas, juga menjadi penyeban perkembangan infrastruktur listrik tidak berkembang.
Untuk itu, kata Van Nee, rencana pemerintah untuk membangun pembangkit listrik sebesar 35.000 Mega Watt di seluruh pelosok Indonesia harus didukung. Menurut dia, reformasi peraturan dilakukan oleh pemerintahan Joko Widodo dipandang sebagai langkah positif guna meningkatkan kepercayaan investor di Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, Van Nee menambahkan, Indonesia setidaknya membutuhkan biaya sebesar US$ 132, 2 miliar untuk pembangunan infrastruktur listrik sampai tahu 2020 mendatang. Hal itu, kata dia, memberi kesempatan kepada investor swasta untuk ikut terlibat dalam proyek-proyek publik.
DIAH HARNI SAPUTRI