TEMPO.CO, Malang -Seluas 27 ribu hektare atau sekitar 63 persen dari 43 ribu hektare lahan pertanian Kabupaten Malang kini ditanami tanaman palawija. “Ini sementara untuk menyiasati musim kemarau yang diperkirakan hingga November mendatang,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Tommy Herawanto, Selasa, 11 Agustus 2015. Perubahan pola cocok tanam itu sudah disepakati antara petani dan petugas penyuluh lapangan.
Menurut Tommy, mayoritas lahan persawahan di kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi itu, adalah persawahan yang mengandalkan pasokan air hujan alias sawah tadah hujan. Dengan demikian, lahan-lahan pertanian pasti kesulitan mendapatkan air di musim kemarau.
“Perubahan pola cocok tanam adalah antisipasi supaya tidak terjadi kekeringan.” Bila semua lahan pertanian di musim kemarau seperti sekarang ditanami padi, bisa berdampak kekeringan dan gagal panen.
Sebagian besar lahan pertanian padi yang ditanami palawija berada di kawasan selatan Malang, seperti Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Donomulyo, dan Kecamatan Kalipare. Wilayah selatan paling sering mengalami kekeringan di musim kemarau.
Sejauh ini, kata Tommy, instansinya sudah menerima laporan mengeringnya 10 hektare lahan pertanian di Sumbermanjing Wetan. Lahan pertanian itu kemungkinan besar akan gagal panen alias puso. “Kami upayakan bantuan pompa air agar petani bisa mengambil air dari sungai yang debit airnya masih besar.”
Kendati terancam kekeringan panjang, Dinas Pertanian optimistis mampu merealisasikan target surplus produksi padi sebanyak 72 ribu ton. Total target produksi padi tahun ini sebanyak 500 ribu ton.
ABDI PURMONO