TEMPO.CO, Surabaya - Kementerian Perindustrian menggelar Pameran Produk Indonesia (PPI) 2015 bertema 'Bangga Menggunakan Produk Indonesia' di Grand City Convention and Exhibition Hall, Surabaya. "Pelaksaan pameran ini untuk memperkenalkan dan mendekatkan industri yang menghasilkan produk Indonesia," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin kepada wartawan di Grand City Surabaya, Kamis 6 Agustus 2015.
Pameran tersebut diikuti oleh 150 perusahaan dari berbagai daerah yang disebut memproduksi unggulan berbasis teknologi, inovasi, dan kreativitas. Produk kerajinan dari rotan, kayu maupun kain tenun juga dipamerkan dalam acara tersebut. "Produk-produk industri seperti ini akan terus kami dorong dan menjadi prioritas utama kami untuk meningkatkan sektor perekenomian," ujar Saleh.
Pameran ini digelar pada 6-9 Agustus 2015 ini terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Acara pembukaan dihadiri pejabat eselon I dan II Kementerian Perindustrian dengan dihadiri Gubernur Jawa Timur Soekarwo bersama jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur, serta pimpinan dan anggota KADIN Indonesia dan Jawa Timur serta asosiasi industri.
Selain produk kerajinan dan perhiasan, kelompok industri lainnya adalah furniture (rotan, kayu, dan bambu); tas, kulit, dan alas kaki; garmen, tekstil, dan tenun; makanan dan minuman; kosmetik dan herbal; industri aneka; alat rumah tangga dan bangunan; alat transportasi dan pendukung; elektronika dan telematika; alat pertanian, kesehatan, dan permesinan.
Selain itu ada pula hasil litbang unggulan dari Balai Besar dan Baristand serta unit pendidikan Kementerian Perindustrian yang berlokasi di Jawa Timur dan sekitarnya.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan bahwa industri di Jawa Timur memiliki peran utama dalam perindustrian nasional. Dia menyebutkan industri Jawa Timur sebesar 20,6 persen dari Industri Nasional. "Problem industri yang sangat mendasar adalah konsumsi masyarakat dan bagaimana bahan baku yang bisa disediakan," ujarnya.
Tapi, menurutnya, saat ini dia bersyukur bahwa impor bahan baku mengalami penurunan. Dia menjelaskan bahwa impor bahan baku mengalami penurunan sebesar 8 persen dari 83 persen menjadi 75 persen saat ini. "Kurang lebih dua tahun ini Jawa Timur bisa menurunkan ketergantungan bahan baku," ujar dia.
EDWIN FAJERIAL