TEMPO.CO, Tokyo - Produsen mobil terbesar di dunia, Toyota Motor Corporation, mencatat kenaikan laba bersih triwulan kedua pada 2015 sebesar 10 persen menjadi US$ 5,2 miliar atau sekitar Rp 70,3 triliun. Perolehan laba yang lebih tinggi itu karena imbas depresiasi nilai tukar yen dan pemangkasan produksi yang dilakukan perseroan.
Pada tahun fiskal yang diawali Maret 2016, Toyota menargetkan pendapatan 27,8 triliun yen, lebih tinggi dari proyeksi semula 27,5 triliun yen. Untuk laba bersih, perusahaan menargetkan bisa mencapai 2,25 triliun yen. Pendapatan Toyota dari penjualan Corolla dan Camry pada triwulan terakhir tahun lalu naik 9,3 persen menjadi 6,98 triliun yen.
Berita Menarik Lainnya
Gatot-Evy, dan Cerita Istri Muda di Pusaran Skandal Korupsi
Lihat, Ronaldo Menyamar Jadi Gelandangan yang Jago Main Bola
Mengharukan, Mbah Moen Berdiri dari Kursi Roda demi Indonesia Raya
Pendapatan tersebut banyak disumbangkan dari operasional di Cina, yang menjadi pasar otomotif terbesar di dunia. Belum lama ini Toyota mengumumkan pemisahan operasional Corolla dengan Camry di pasar Cina. Namun secara umum penjualan Toyota pada triwulan kedua 2015 ini sedikit menurun menjadi 2,1 juta unit.
Tetsuya Otake, Toyota Managing Officer, mengatakan fluktuasi nilai tukar yen dan pemangkasan produksi menjadi faktor positif penunjang pertumbuhan kinerja perusahaan. "Namun penurunan penjualan dan beban yang meningkat menjadi faktor negatif, sehingga perusahaan tidak bisa meraih hasil yang maksimal," kata Otake dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Japan Today, Rabu, 5 Agustus 2015.
Produsen otomotif selama ini banyak diuntungkan dari depresiasi nilai tukar yen. Pelemahan yen membuat harga mobil lebih kompetitif di pasar luar negeri.
SETIAWAN ADIWIJAYA