TEMPO.CO, Jakarta - Nilai ekspor Riau mencapai USD7,58 miliar pada semester I/2015 atau turun 10,50% pada periode yang sama atau Semester I/2014.
Kepala Badan Pusat Statistik Riau Mawardi Arsyad memperinci nilai ekspor minyak bumi dan gas Riau mencapai US$1,97 miliar atau menurun 25,89%. Pada Semester I/2014, nilai ekspor masih mencapai US$2,66 miliar.
"Sementara itu, nilai ekspor nonmigas mencapai US$5,61 miliar atau turun 3,45% dari semester I/2014 yang mencapai US$5,81 miliar," katanya.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Provinsi Riau Viator Butarbutar mengungkapkan turunnya nilai ekspor sektor migas karena naiknya harga minyak dunia yang membuat permintaan lesu. "Jadi, bukan karena produksi migas Riau yang turun," jelasnya.
Menurut Viator, turunnya nilai ekspor nonmigas karena menguatnya mata uang dunia, seperti yuan, dollar, euro dan lainnya. Hal itu juga membuat permintaan ekspor nonmigas seperti cruide palm oil lesu.
Dari data BPS Provinsi Riau menyebutkan sektor nonmigas paling tinggi diekspor ke China, India, Pakistan, Belanda, Mesir, Malaysia, Amerika Serikat, Rusia, Singapura dan Bangladesh.
Viator mengatakan nilai ekspor Riau juga akan mengalami penurunan pada Semester II/2015 . Karena produksi migas dan nonmigas, masih tergantung permintaan pasar internasional.
"Padahal, Riau adalah daerah produksi CPO terbesar di Indonesia. Namun, Riau sendiri tidak bisa menetapkan harga," kata Viator.
Dia meminta pemerintah daerah untuk membangun industri domestik, seperti industri hilir agar harga migas dan nonmigas tetap stabil, tidak tergantung dengan permintaan internasional.