TEMPO.CO, Bojonegoro - Kepala Kepolisian Resor Bojonegoro Ajun Komisaris Besar Hendri Fuisher menyesalkan pengamanan di area Blok Cepu yang dinilainya eksklusif. Untuk itu, dia meminta dilakukan perubahan sistem pengamanan yang lebih fleksibel. “Saya menyesalkan sistem pengamanan di Blok Cepu,” katanya kepada Tempo, Senin, 3 Agustus 2015.
Hendri mencontohkan, saat kerusuhan terjadi di area Engineering, Procurement, and Construction (EPC) 1, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, pada Sabtu lalu, suasana kurang menyenangkan tampak di area itu. Sebab, saat kerusuhan terjadi di dalam lokasi, polisi tidak bisa bertindak cepat. Penyebabnya, harus menunggu prosedur pengamanan internal.
Saat terjadi kerusuhan, ucap dia, Polres mengerahkan seratus personel lebih, tapi tidak bisa langsung masuk ke area kerusuhan. Sebab, di depan pintu gerbang, polisi harus menemui petugas keamanan internal proyek yang lebih dahulu minta izin ke pihak pimpinan. “Kita diminta menunggu sekitar sepuluh menit. Padahal di dalam proyek sudah rusuh,” tuturnya.
Begitu polisi masuk ke lokasi, kerusuhan yang melibatkan lebih dari 2.000 karyawan kontrak dan karyawan tetap--dari total 8.000 pekerja di EPC 1--akhirnya bisa dikendalikan. Para perusuh yang melakukan perusakan, dan belakangan juga terjadi pencurian, bisa dikendalikan oleh aparat keamanan.
Contoh lain, kata Kapolres, menyangkut pengamanan sehari-hari di proyek Blok Cepu. Aparat keamanan dari Polres Bojonegoro dan Pam Obyek Vital dari Brigade Mobile hanya berjaga di luar lokasi pagar. Selebihnya, pengamanan di dalam dijaga oleh petugas keamanan internal. Jadi akses polisi menjadi sangat terbatas di Blok Cepu.
Atas kasus kerusuhan ini, Polres meminta Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, operator Blok Cepu, yaitu ExxonMobil Cepu Limited, serta subkontraktor di EPC 1 dan EPC 5 mengubah sistem yang tepat dan fleksibel. Alasannya, pengamanan di sebuah perusahaan besar itu bersinggungan dengan aset negara.
Seperti diketahui, pekerja proyek sumur minyak di area Blok Cepu di Lapangan Banyu Urip, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, mengamuk dan melakukan perusakan pada Sabtu, 1 Agustus 2015. Akibat kejadian itu, lima mobil dirusak dan dibakar massa di lokasi kerja. Belakangan juga terjadi pencurian dengan hilangnya lebih dari 80 laptop yang berisi dokumen penting.
Selain itu, massa merusak pos penjagaan dan memecah kaca kantor di area EPC 1, Banyu Urip, Blok Cepu. Akibat kejadian ini, pekerja di subkontraktor Tripatra-Samsung ini diliburkan selama satu pekan.
SUJATMIKO