TEMPO.CO, Jakarta - Isu kebakaran hutan dan bencana asap menjadi salah satu agenda inti yang dibahas dalam rapat yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama kementerian bidang lingkungan hidup dari sejumlah negara ASEAN.
Pertemuan bertajuk “Technical Working Group (TWG) Ministerial Steering Committee on Transboundary Haze Pollution” tersebut dihadiri lima menteri bidang lingkungan hidup dari Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Kebakaran hutan dan bencana asap diprediksi masih terus terjadi pada tahun ini, meskipun intensitasnya diperkirakan akan menurun dibandingkan dengan kondisi pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikator penurunan bencana adalah berkurangnya jumlah titik api (hotspot) di sejumlah wilayah yang menjadi titik-titik utama terjadinya kebakaran hutan di Indonesia.
KLHK mencatat, sepanjang 2015, jumlah titik api di Riau mencapai 1.166 titik, menurun 69 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Demikian pula jumlah titik api di Kalimantan Barat pada periode Januari-Juli 2015 tercatat sebanyak 539 titik, menurun 71 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. “Jumlah hotspot di seluruh Indonesia adalah 4.763 titik,” demikian keterangan resmi yang dirilis KLHK, Selasa, 28 Juli 2015.
Menurut KLHK, penurunan jumlah hotspot merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI/Polri, universitas, pihak swasta, dan masyarakat.
Di lingkup ASEAN, pemerintah di setiap negara telah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan pencemaran udara. Di antara langkah yang telah diambil adalah memperkuat kapasitas pemadam kebakaran hutan dan lahan, menyelenggarakan pengendalian kebakaran, serta manajemen dan rehabilitasi gambut.
Selain itu, kelima negara yang terlibat dalam pertemuan ini berencana mendirikan ASEAN Coordinating Centre on Transboundary Haze Pollution Control (ACC THP).