TEMPO.CO , Surabaya: Pada saat Lebaran i peredaran uang di masyarakat diperkirakan mencapai Rp 680 triliun dalam sebulan. Sayangnya, perputaran uang tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif saja.
“Konyol, duit sebanyak itu dihabiskan hanya untuk konsumtif saja,” kata ekonom dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kresnayana Yahya kepada Tempo, Selasa 14 Juli 2015.
Berdasarkan perhitungannya, setiap Lebaran masyarakat Indonesia membelanjakan uang tunai mencapai Rp 130 triliun. Uang giral senilai Rp 550 triliun juga dibelanjakan pada sektor konsumtif. Menurut Kresnayana, tindakan ini adalah menghambur-hamburkan uang hanya untuk kebutuhan materialisme.
Kresnayana menambahkan, seharusnya pemerintah berperan aktif dengan mendirikan badan amil zakat yang transparan seperti di sejumlah negara muslim lainnya. Di Uni Emirat Arab, setiap paska Lebaran negara bisa membangun ribuan rumah untuk warga miskin. “Dari zakat yang terkumpul itu dibangunkan rumah baru, sekolah, hingga rumah sakit.”
Hal yang sama juga dilakukan pemerintah Malaysia yang memanfaatkan momen Lebaran untuk mengentaskan ribuan warga miskin. Begitu juga i di Turki, kata Kresnayana, setiap Lebaran pemerintah membangun pelayanan masyarakat dari hasil uang zakat yang terkumpulkan tersebut. "Indonesia juga diharapkan bisa seperti itu," ucapnya.
Menurut ia, seharusnya badan amil zakat di Indonesia bisa memanfaatkan uang zakat untuk pembangunan infrastruktur publik. “Kita kekurangan leader dan kekurangan kesadaran masyarakat untuk ber-komunitas dengan sehat," kata Kresnayana.
Kresnayana menambahkan, pemerintah harus mendorong untuk mulai memperkenalkan produk finansial dengan sistimatik. Semua elemen masyarakat diharapkan mau memikirkan masalah finansial umat ini secara bersama-sama.
AVIT HIDAYAT