TEMPO.CO, Nganjuk - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman merespons positif penolakan bantuan kerbau oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Amran bakal menarik kerbau tersebut untuk diganti dengan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Amran tak mempermasalahkan alasan penolakan bantuan itu, yakni kerbau-kerbau tersebut berpotensi membawa penyakit dan menulari kerbau asli Sumbawa yang sudah steril dari penyakit.
Semula kerbau bantuan Kementerian Pertanian ini akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Sumbawa yang menjadi sentra peternakan. “Namun kalau di sana tidak cocok, ya kita tarik lagi. Kita berikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Amran di sela panen raya di Desa Kepanjen, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk, Selasa, 23 Juni 2015.
Menurut Amran, saat ini sudah bukan zamannya lagi pemerintah pusat menggelontorkan bantuan kepada daerah secara sepihak. Pemerintah harus lebih dulu mengetahui kebutuhan masyarakat sebelum memutuskan memberikan bantuan agar terjadi sinkronisasi di lapangan. Ihwal persoalan di Nusa Tenggara Barat ini, Amran sudah meminta kerbau-kerbau yang telah dikirim itu ditarik.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menolak bantuan kerbau dari Kementerian Pertanian untuk dikembangkan di Sumbawa. Alasannya, pemerintah NTB khawatir kerbau itu akan membawa penyakit berbahaya.
“Kerbau kami lebih bagus. Kami tidak ingin ada kerbau luar membawa penyakit. Daerah kami kan bebas penyakit kerbau,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat Budi Septiani di Mataram, Ahad, 21 Juni 2015.
Budi memperkirakan bantuan itu terkait dengan usul mendatangkan kerbau dari luar yang datang dari Kabupaten Sumbawa. Sumbawa merupakan sentra kerbau terbesar di Nusa Tenggara Barat. Namun ketika menerima surat tembusan dari Kementerian Pertanian beberapa waktu lalu, Budi mengaku langsung membuat surat penolakan.
HARI TRI WASONO