TEMPO.CO, Bojonegoro - Pemerintah Pusat lewat Kementerian Pertanian menetapkan sapi peranakan Ongole (PO) sebagai bibit unggul Indonesia. Sapi warna putih dan relatif tahan cuaca panas ini, akan dikembangbiakkan dan bibitnya disebarluaskan di seluruh Indonesia.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro Subekti mengatakan, penetapan sapi Ongole sebagai bibit unggul nasional sebagai sebuah kebanggaan. Menurutnya, ini buah kerja keras para peternak di Bojonegoro yang memelihara sapi lokal ini, jadi dikenal di Tanah Air. ”Kami menyambut gembira,” ujar Subekti pada Tempo, Kamis 11 Juni 2015.
Menurut Subekti, sapi jenis Ongole dikembangbiakkan di Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo atau sekitar 44 kilometer dari Kota Bojonegoro. Di Kecamatan Tambakrejo sendiri populasi sapi Ongole lebih dari 7.000 ekor dan tersebar di sejumlah desa. Terbesar populasinya berada di Desa Napis ada sekitar 2000 ekor.
Pengembangbiakan dilakukan secara tradisional di mana masyarakatnya sebagian besar memelihara sapi jenis ini. Sedangkan tim untuk konsultan berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor untuk 2014-2015 ini. Sebelumnya tim konsultan peternakan berasal dari Universitas Brawijaya, Malang.
Di Desa Napis, lanjut Subekti, juga terdapat Koperasi Serba Usaha Lembu Seto. Koperasi ini mempunyai fasilitas berupa kandang sapi, lengkap dengan fasilitas untuk mengawinkan sapi. Ada juga pembuatan pupuk organik dari bibit sapi. Pengembangbiakan warga telah dimulai tahun 2007 silam. “Kini, terus berkembang usahanya,” ujarnya.
Data di Kecamatan Tambakrejo menyebutkan, Desa Napis memiliki 11 dusun dan 60 Rukun Tetangga. Sebagian besar, lokasinya di pinggir hutan yang luasnya mencapai 3.300 hektare milik Perhutani. Dengan ketersediaan areal hutan, dianggap cocok untuk lahan pengembalaan hewan ternak.
Selain itu, warga Desa Napis, juga suka beternak. Terutama jenis sapi lokal Jawa warna putih. Ketersediaan lahan pengembalaan di hutan, serta tanaman rumput, jerami, yang memungkinkan, hewan ternak secara ekonomis bisa menghasilkan. Dan pada 2007, satu desa yang berjumlah sekitar 1.300 kepala keluarga itu rata-rata memelihara satu ekor sapi lokal Jawa. Populasi sapi lokal, ketika itu sekitar 2.100 ekor.
Kepala Kandang kelompok peternak sapi Lembu Seto, Desa Napis, Budi Hartono mengatakan, pertengahan bulan Juni ini Desa Napis akan dikunjung tim dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Tujuannya, di antaranya memfasilitasi penetapan Desa Napis sebagai kawasan percontohan bibit sapi Ongole tingkat nasional. “Ini sesuatu yang menyenangkan,” ujarnya.
SUJATMIKO