TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah mengisyaratkan harga Premium tidak naik akan selama Ramadan dan Lebaran. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pemerintah akan melihat waktu yang tepat sebelum mengambil keputusan untuk menaikkan BBM. “Rasanya (ditunda) karena melihat timing tadi,” katanya, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Langkah itu sejalan dengan target pemerintah untuk menekan laju inflasi karena pada Mei 2015 kenaikan harga mencapai 0,5 persen. Pemerintah sedang menahan potensi kenaikan inflasi dengan mengerem kenaikan harga BBM.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan harga solar dan Premium pada Juni tidak berubah. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi, I Gusti Nyoman Wiratmadja, sebelumnya mengatakan kebijakan itu diterapkan untuk menjaga daya beli masyarakat menjelang datangnya Ramadan pada pertengahan bulan ini. “Pemerintah memutuskan harga Premium dan solar subsidi tetap,” ujar dia.
Saat ini, untuk wilayah di luar Jawa-Madura-Bali, khusus BBM penugasan, harga Premium berkisar Rp 7.300 per liter. Sementara itu, harga solar subsidi Rp 6.900 per liter dan minyak tanah Rp 2.500 per liter. Sementara itu, untuk wilayah Jawa-Madura-Bali, harga Premium Rp 7.400 per liter, solar Rp 6.900 per liter, dan minyak tanah Rp 2.500 per liter.
Wiratmadja mengakui harga tersebut tidak sesuai dengan harga pasar. Selisih harga saat ini masih ditanggung oleh PT Pertamina (Persero). Nantinya, selisih harga BBM dikompensasi ketika harga minyak dunia turun. Harga rata-rata minyak dunia meningkat dibanding periode sebelumnya. Harga acuan pasar minyak di Singapura sempat menyentuh harga US$ 70 per barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan kebijakan ini ditujukan untuk menjaga stabilitas harga BBM dan daya beli masyarakat. “Yang juga penting, jangan sampai membebani fiskal negara,” kata dia.
ALI HIDAYAT