TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih, menduga ada impor tembakau yang dicampur cengkeh sehingga berdampak buruk bagi perekonomian. Musababnya, pemerintah melarang cengkeh luar negeri masuk ke wilayah Nusantara.
"Jangan karena di-blending dengan tembakau, cengkeh akhirnya boleh masuk ke Indonesia. Ini hanya cara-cara untuk memuluskan impor cengkeh ke Indonesia," kata Gde Sumarjaya Linggih di Denpasar, Sabtu, 6 Juni 2015.
Mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri Bali itu tidak menjelaskan secara rinci jumlah impor tembakau yang dicampur cengkeh tersebut masuk ke Indonesia. Indonesia selama ini tidak mengizinkan impor cengkeh ke Indonesia karena komoditas tersebut cukup tersedia dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri.
"Larangan impor cengkeh itu harus tetap dipertahankan untuk melindungi petani cengkeh agar harganya tetap stabil," ujar Sumarjaya Linggih.
Harga cengkeh pada tingkat petani berupa cengkeh kondisi kering kini senilai Rp 90 ribu per kilogram. Adapun cengkeh basah Rp 60 ribu per kilogram.
Harga tersebut terus merosot dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi itu diperparah dengan konsumsi cengkeh dunia dan dalam negeri yang mengalami penurunan.
ANTARA