TEMPO.CO, Bandung - Menjelang Ramadan, para ibu rumah tangga di Bandung berbondong-bondong menjadi pedagang dadakan. Mereka membuka lapak di depan rumah untuk menjajakan aneka kudapan dan makanan untuk berbuka puasa.
"Kalau sehari-hari, saya tidak berjualan. Ini, sih, buat persiapan puasa aja. Dari sekarang nyicil bahan buat jualan menu buka puasa nanti" ujar Seli Hartanti, ibu rumah tangga yang menjadi pedagang kolak dadakan, Selasa, 2 Juni 2015
Munculnya para pedagang dadakan ini membuat pedagang bahan makanan kewalahan karena permintaan barang naik hingga 100 persen daripada saat hari biasa. "Di hari biasa, pemesanan kolang-kaling cuma satu drum per hari. Kalau mau puasa, bisa sampai dua-tiga drum," kata Sopin Fuad, pedagang kolang-kaling di Pasar Induk Caringin.
Kekhawatiran para ibu rumah tangga akan kenaikan harga barang pokok menjelang Ramadan mendorong kenaikan inflasi secara mendadak. Hal tersebut dikemukakan oleh Andi Reina Sari, Asisten Direktur Perwakilan Bank Indonesia Bidang Pemberdayaan Sektor Riil dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Menurut dia, inflasi adalah kenaikan nilai barang yang terus-menerus. Harga akan meningkat kalau permintaan meningkat. "Kalau konsumen membeli barang dengan jumlah besar dalam satu waktu karena takut harga naik menjelang puasa, inflasi akan naik tinggi," ujar Andi
Menurut Andi, seharusnya kekhawatiran akan kenaikan harga barang tidak disikapi dengan pembelian barang dalam jumlah besar. Karena jika hal tersebut terjadi terus-menerus, angka inflasi akan sangat sulit distabilkan dan membuat harga barang terus melambung. Sepanjang Mei 2015, Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi sebesar 0,5 persen.
DWI RENJANI