TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia kembali menegaskan tidak akan mengembangkan smelter (pabrik pemurnian mineral) di Papua. Sebab, provinsi yang berada di timur Indonesia itu belum memiliki infrastruktur dan fasilitas pengolahan lanjutan yang memadai.
"Membangun smelter itu ada penilaian-penilaian teknis," kata Direktur Utama PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin dalam “Trade & Investment Forum: East Indonesian Regions Kadin Indonesia” di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin malam, 25 Mei 2015.
Alasan lain, kata Maroef, proses pemurnian mineral nantinya akan menghasilkan asam sulfat yang dapat menjadi limbah berbahaya dan beracun. Limbah ini jika tidak diolah akan menimbulkan masalah. Namun, kalau ada industri lanjutannya, asam sulfat ini bisa menjadi pupuk. "Ini di Papua tidak ada," dia menjelaskan.
Hal-hal itulah yang, menurut Maroef, membuat perusahaannya memutuskan membangun smelter di Gresik, Jawa Timur. "Kami sudah putuskan, berdasarkan tinjauan teknis dan bisnis, akan dibangun di Gresik. Karena di sana dukungan infrastruktur, air, listrik, pelabuhan ada semua," tuturnya.
PINGIT ARIA
Baca Juga: