TEMPO.CO, Jakarta - Bali meraup devisa sebesar US$ 5,66 juta dari hasil pengapalan patung dan aneka jenis cendera mata berbahan baku kayu ke pasaran luar negeri selama Maret 2015 atau meningkat 32,96 persen dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 4,29 juta.
"Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2014, perolehan devisa tersebut meningkat 4,17 persen, karena saat itu hasil kreativitas seniman patung menyumbangkan US$ 5,43 juta," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Minggu, 10 Mei 2015.
Sedangkan selama 2014, pengapalan berbagai jenis patung ke pasaran luar negeri menghasilkan US$ 73,24 juta, menurun 19,17 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 90,61 juta dolar AS.
Panasunan Siregar menambahkan, aneka jenis patung hasil sentuhan tangan-tangan terampil seniman dan perajin Bali itu paling banyak menembus pasaran Amerika Serikat yang menyerap 19,84 persen.
Sedangkan Yunani menyerap 4,57 persen, Singapura 13,55 persen, Jepang 2,76 persen, Singapura 0,70 persen, Australia 4,40 persen, Hong Kong 0,55 persen, Prancis 4,77 persen, Spanyol 7,79 persen, Inggris 6,95 persen, dan Belanda 2,20 persen.
Sedangkan sisanya, 37,69 persen, diserap berbagai negara lain di belahan dunia, karena karya patung yang dibuat secara manual oleh seniman Bali sangat disenangi konsumen luar negeri.
Seniman Bali mengolah kayu menjadi berbagai jenis patung yang unik dan menarik. Bahkan akar kayu juga diolah menjadi aneka jenis cendera mata yang sangat disenangi wisatawan mancanegara.
Perajin Bali sangat kreatif membuat karya patung dalam berbagai bentuk dan ukuran yang cukup disenangi konsumen mancanegara. Sentra pengembangan patung di Bali ada di Kabupaten Gianyar.
Saat menikmati liburan di Bali, wisatawan mancanegara membeli berbagai jenis cendera mata, termasuk patung ukuran kecil sebagai kenang-kenangan pulang ke negaranya.
ANTARA