TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Presiden Joko Widodo, yang meminta negara-negara di kawasan Asia-Afrika tak lagi bergantung pada lembaga keuangan internasional, ditanggapi positif oleh pasar. “Intinya, ingin berdikari dalam mewujudkan kedaulatan ekonomi,” ujar ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, kepada Tempo, Rabu, 22 April 2015.
Dalam pidatonya di Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika kemarin, Presiden mengajak negara-negara dunia ketiga agar tak lagi bergantung pada lembaga donor, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia. Pernyataan Jokowi, menurut Enny, juga mengindikasikan bahwa Indonesia dan negara-negara lain harus setara dengan lembaga donor tersebut.
“Lemahnya posisi tawar dengan lembaga inilah yang kini harus diperbaiki dan menguntungkan bagi tiap pihak. Selain itu, masih ada opsi utang luar negeri secara bilateral,” kata Enny.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, menilai pernyataan Jokowi menegaskan bahwa ada lembaga lain yang bisa menjadi sumber utang luar negeri. “Bisa bekerja sama dengan Islamic Development Bank serta bank komersial,” ujarnya. Pemerintah pun bisa menaikkan posisi tawar dengan lembaga-lembaga peminjam keuangan dan memilih kredit yang biaya bunganya paling murah.
Direktur Jenderal Wilayah Asia-Afrika Kementerian Luar Negeri Yuri O. Thamrin memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur di kawasan Asia-Pasifik mencapai US$ 8 triliun. Jumlah tersebut tak bisa ditalangi oleh Bank Dunia, IMF, maupun ADB, yang hanya mampu menyediakan dana ratusan miliar dolar AS per tahun.
Karena itu, menurut Yuri, Asian Infrastructure Investment Bank, yang digagas oleh Cina dapat menjadi solusi tepat. “Bahkan, negara-negara dari Uni Eropa dan Amerika Serikat berminat bekerja sama dengan lembaga tersebut,” katanya.
Per Februari 2015, nilai utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 298,9 miliar. Sebanyak US$ 30,14 miliar di antaranya berasal dari utang dengan negara lain, sedangkan dana US$ 23,3 miliar didapatkan dari organisasi internasional. Adapun jumlah utang valas bank sentral mencapai US$ 5,48 miliar. Sebanyak US$ 2,8 miliar di antaranya dari IMF, US$ 223 juta dari negara kreditor, dan US$ 2,46 miliar dari sumber lain.
SINGGIH SOARES | URSULA FLORENE SONIA | ALI HIDAYAT