TEMPO.CO, Jakarta - Jessica Febiani masih mengenakan seragam abu-abu putih ketika karya perdananya sukses menembus pasar, sebelas tahun lalu. Ia menjual sepatu dan baju kreasinya secara offline dan online di Bandung. Media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan website menjadi kanal promosi dagangannya yang murah meriah sekaligus efektif.
Kreasi Jessica berlabel Moretosee (baca: more to see) banyak dilirik orang. Busana buatan Jessica laris manis. Selain merancang busana, ia juga merancang tas dan sepatu. “Ternyata banyak yang suka hasil rancangan saya,” katanya saat ditemui Tempo di Hotel Kosenda, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Saat kuliah di Universitas Bina Nusantara, Jakarta usaha Jessica kian moncer. Moretosee menjadi ladang rezeki dan mengisi kantongnya hingga Rp 800-an juta setahun. Itu berarti, dalam sebulan, lebih dari Rp 60 juta ada di genggamannya. Sumber fulus dipetik dari dua gerai Moretosee di Thamrin City dan Moretosee Gallery di Villa Kelapa Gading, Jakarta.
Sempat mencicipi manisnya promosi via Internet, untuk sementara Jessica menutup kanal penjualan secara online tersebut. “Alangkah baiknya jika kami ingin lebih dekat dengan Bapak/Ibu dan Saudara secara lebih langsung,” begitu dalihnya di situs http://moretosee.weebly.com.
Banyak kreasi lahir dari tangan gadis kelahiran Denpasar ini. Ada berbagai jenis tas, sepatu, wadah sepatu untuk bepergian, tenun blazer dari Bali, kaus dan celana, baju terusan katun, dan berbagai macam aksesori. Modifikasi busana dari berbagai jenis kain juga menjadi andalannya, seperti jenis kain cotton, batik, sutra, satin, lukis kain, kanvas, beludru, dan brokat.
Berhenti menjual secara online, Jessica aktif menawarkan produknya secara langsung. Kini, selain rajin ikut pameran dan fashion show tunggal, ia juga kerap ikut fashion week seperti Jakarta Fashion Week atau Indonesia Fashion Week. “Mbak Jessica kerap mengobrol dengan pelanggan yang datang ke gerainya,” kata Astrid Virgianina, asisten Jessica.
Jurus menjalin kedekatan dengan pelanggan ternyata cukup jitu. Banyak ibu pejabat, artis, nasabah prioritas bank, juga menteri dan juga duta besar negara sahabat tertarik. Selain diterima di Indonesia, hasil rancangan Jessica diekspor ke sejumlah negara seperti Hong Kong, Malaysia, dan sejumlah negara di Eropa.
Dalam lima tahun terakhir, Jessica memilih untuk menggeluti fashion beraliran etnik Indonesia. Ia ingin kain tradisional tidak hilang atau tersingkir. Kain-kain itu pun disulap menjadi busana yang tidak kaku atau terkesan kuno. Kain etnik itu didapat dari berbagai daerah di Tanah Air seperti Bali, Ende, dan Ambon.
“Jangan sampai anak muda merasa tua kalau pakai kain tradisional, apalagi sampai malu,” kata Jessica. Untuk menumbuhkan minat pelanggannya pada kain asli Indonesia, ia menawarkan konsep multifungsi dalam setiap busana buatannya. Dengan konsep itu, busana rancangannya bisa dipakai untuk beberapa acara dan beragam gaya. Cukup menambah atau mengurangi ornamen tertentu, penampilan si pengguna terlihat serasi.
Sejalan dengan jumlah pelanggannya yang kian meningkat, kini Jessica bisa mempekerjakan 45 orang. Selain mengurus Moretosee, ia juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk memberdayakan kaum perempuan di kawasan pesisir. Di matanya, setiap perempuan punya potensi menjadi penggerak roda ekonomi.
TRI ARTINING PUTRI | DW