TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan ada sekitar 100 ribu anak buah kapal asal Kamboja, Myanmar, dan Thailand yang bernasib sama dengan anak buah kapal yang menjadi "budak" di PT Pusaka Benjina Resources di Aru, Maluku.
Di Benjina, kata Susi, ada 1.185 ABK asal Myanmar, Kamboja, dan Thailand yang bernasib tak jelas. Setiap tahun, sebanyak 20-30 ABK mati di Aru karena perlakuan tak layak. “Mereka menetap di sana seumur hidup," kata Susi saat memaparkan ihwal dugaan praktek perbudakan Benjina di depan Komisi Pertanian dan Perikanan DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 1 April 2015.
Seribuan ABK di Benjina itu, kata Susi, dipekerjakan secara tak manusiawi. Semuanya tidak memiliki dokumen resmi, sehingga tidak bisa keluar dari Kepulauan Aru. "Tapi aparat bilang di sana tak ada perbudakan. Kita semestinya tak bisa membantah lagi, dan kita minta maaf ke dunia karena tak bisa melihat selama ini," kata Susi.
Dugaan perbudakan Benjina diungkap Associated Press dalam laporan investigasinya pada 25 Maret 2015. Menurut Susi, AP melakukan investigasi selama setahun. Dia sempat bertemu dengan tim investigasi ini pada November 2014.
AP, kata Susi, menginvestigasi kapal-kapal Benjina menggunakan satelit. Kini area Benjina tak gampang diakses setelah muncul laporan dari AP. "Saya sudah minta operasionalisasi Pelabuhan Benjina disetop. Kemarin Pak Jonan (Menteri Perhubungan Ignasius Jonan) bilang bisa saja menutupnya, tapi perlu bukti," kata Susi.
Baca Juga:
Selain mempraktekkan perbudakan, kata Susi, kapal-kapal Benjina melanggar hukum karena menangkap ikan dengan trawl dan tak berdokumen sah.
KHAIRUL ANAM