TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana menggantikan proyek pembangunan monorel di ibu kota dengan light rail transit (LRT) atau kereta ringan. Proyek yang akan diawali dengan studi kelayakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara ini rencananya menghabiskan investasi hingga Rp 3,75 triliun.
"Jadi bukan monorel, tapi light train. Kami diminta membuat studi kelayakan," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno seusai rapat transportasi di Istana Kepresidenan, Kamis, 19 Maret 2015.
Menurut Rini, gagasan mengenai proyek ini muncul menyusul keinginan pemerintah untuk segera mewujudkan sistem transportasi dalam kota yang saling terintegrasi. Presiden Joko Widodo, kata Rini, menginginkan kereta ringan ini bisa menyambungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya.
"Misalnya Jakarta-Bogor, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Bekasi, tapi masih dalam konteks pemikiran secara mendasar," ujarnya.
Pemerintah belum membicarakan detail mengenai lokasi pembangunan yang memungkinkan. Rini mengusulkan pembangunan bisa terintegrasi di sebelah jalan tol atau tersambung dengan mass rapid transit (MRT). "Pokoknya ini sinergi BUMN, ada Jasa Marga, Wijaya Karya, Adhi Karya, dan INKA. Kami akan persiapkan dulu detail studinya."
Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Utama PT Adhi Karya Kiswodarmawan mengatakan konsep pembangunan kereta ringan ini tak akan jauh berbeda dengan konsep monorel yang juga menggunakan kereta. Bedanya, LRT cenderung lebih kecil seukuran bus. "Supaya fleksibel," ujarnya.
Kiswodarmawan menuturkan konsep LRT ini mengacu pada Cina yang sudah lebih dulu mengembangkannya. Di Negeri Tirai Bambu, teknologi LRT yang digunakan berbasis bombardier. "Jadi no problem," ujarnya. Ia berharap proyek ini dijalin dengan BUMN karya lainnya.
AYU PRIMA SANDI