TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal menerbitkan surat utang dalam bentuk Eurobond dalam waktu dekat. Keputusan ini menyusul penguatan rupiah atas dolar Amerika Serikat karena ketidakpastian suku bunga FOMC Meeting bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tadi malam.
"Ketidakpastian ini membuat kami berkomitmen untuk mengeluarkan bond yang nominasinya bukan rupiah sebelum semester dua," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Kamis, 19 Maret 2015.
Bambang menuturkan, masih ada potensi ketidakpastian dari keputusan bank sentral Amerika Serikat yang digelar tadi malam. Sebab, otoritas The Fed masih mempertimbangkan kondisi perekonomian Amerika Serikat. "Tentunya mereka harus sadar kalau dolar menguat terlalu cepat akan merugikan ekonomi Amerika sendiri," katanya.
Sayangnya Bambang menolak menyebutkan secara detil besaran nilai Eurobond yang akan diterbitkan nanti. Namun, ia memastikan Eurobond akan diterbitkan di akhir semester satu tahun ini.
Eurobond adalah salah satu dari empat instrumen pembiayaan defisit fiskal yang direncanakan dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015, selain global bonds, sukuk global, dan samurai bonds. Sebelumnya, penerbitan obligasi ini akan berlangsung pada semester dua memanfaatkan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) yang melonggarkan moneternya (quantitive easing).
Tahun lalu, pemerintah menerbitkan Eurobond perdana senilai 1 miliar Euro atau setara US$ 1,4 miliar. Surat utang tersebut bertenor tujuh tahun. Saat itu, permintaan yang masuk mencapai 6.7 miliar Euro atau hampir tujuh kali lipat dari penerbitan. Tahun lalu, imbal hasil Eurobond dipatok 2,9 persen.
AYU PRIMA SANDI