TEMPO.CO, Jakarta - Paket kebijakan pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dinilai hanya sentimen sementara. Analis PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan paket kebijakan yang diumumkan tadi malam tidak memberikan kejutan bagi pasar karena pemerintah belum memberikan detail-detail yang baru. "Untuk jangka panjang, kebijakan itu bagus, tapi untuk jangka pendek sama saja."
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan pagi ini bergerak fluktuatif meski dibuka pada teritori positif. Setelah menyentuh level resistan 5.462 pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung melandai dan konsolidasi di kisaran sempit.
Menurut Satrio, yang membuat indeks fluktuatif dan terjebak dalam konsolidasi berkepanjangan ialah masih tingginya aksi jual investor asing. Sudah sepekan pemodal asing melakukan posisi net sell di pasar reguler dengan nilai rata-rata Rp 400 miliar. Hingga pukul 10.30 WIB, asing sudah membukukan penjualan bersih Rp 162 miliar.
Salah satu penyebabnya, menurut dia, ialah melemahnya rupiah ke level 13 ribu per dolar. Selain itu, diduga akibat kebijakan bea materai atas transaksi saham karena asumsi otoritas keuangan ialah mayoritas dana asing merupakan dana panas.
IHSG pada hari ini akan bergerak pada kisaran 5.410-5.460. Penembusan atas resistan bakal mempunyai potensi kenaikan jangka pendek menuju kisaran 5.500–5.650. "Tapi, dengan market yang seperti ini, belum dapat dipastikan konsolidasi berkepanjangan ini bisa berakhir atau tidak," ujarnya.
M. AZHAR