TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan, sampai lima tahun ke depan, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik mencapai 150 juta ton per tahun. Batu bara disebut bisa mengimbangi pertumbuhan keperluan listrik dalam jangka pendek.
"Cuma sekarang kita harus mengamankan batu bara," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, di Jakarta, Ahad, 15 Maret 2015.
Batu bara, kata Jarman, bisa mengimbangi kebutuhan listrik seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Adapun untuk menyediakan pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan, kata Jarman, perlu waktu lama. "Namun batu bara masih bisa dipasok," kata Jarman.
Berdasarkan data Kementerian ESDM dan PT PLN (Persero), pembangkit listrik batu bara merupakan pembangkit listrik terbesar di Indonesia yang mencapai 51,50 persen atau 74.269 Gwh.
Gas alam merupakan bahan baku pembangkit listrik terbesar kedua dengan porsi 28,61 persen atau 41.254 Gwh, disusul tenaga air 9,02 persen atau 13.010 Gwh, minyak 7,84 persen atau 11.307 Gwh, dan panas bumi sebesar 3,01 persen atau 4.345 Gwh.
KHAIRUL ANAM