TEMPO.CO, Jakarta - Besarnya jumlah BUMN di Indonesia, yang mencapai 141 perusahaan, ternyata belum seberapa bila dibandingkan dengan Petronas, BUMN milik Malaysia, bila dilihat dari kontribusinya kepada negara.
Presiden Direktur OSO Grup Tanri Abeng mengatakan, pada 2014, 141 BUMN yang ada di Indonesia hanya mampu menyumbang US$ 10 miliar atau Rp 127 triliun kepada APBN. "Jauh berbeda dengan Petronas," ujarnya. Padahal, pada saat yang sama, kata Tanri, Petronas pada 2013 mampu menyumbang US$ 25 miliar atau sekitar Rp 318 triliun untuk APBN Malaysia.
Menteri BUMN pada era presiden Soeharto ini mengatakan masih banyak BUMN yang belum memberikan hasil maksimal kepada negara. "Padahal BUMN termasuk aset negara yang memberi kontribusi pada pendapatan negara," kata Tanri saat pemaparan pada Economy dan Business Outlook 2015 di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Senin, 16 Februari 2015.
Perbedaan tersebut, menurut Tanri, terjadi karena BUMN Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan. "Tantangan berat yang seharusnya dapat dibereskan pada tahun ini," katanya.
Tantangan pertama adalah semua BUMN belum dikelola 100 persen secara profesional. "Pendekatannya masih birokrasi," ujarnya. Kedua, pengaruh politik dalam operasional dan kinerja pada BUMN masih sangat melekat. Ketiga, Undang-Undang BUMN belum jelas. "Ini yang menurut saya sangat fatal," ujar Tanri.
Karena itu, Tanri berharap agar UU BUMN segera dibenahi sehingga aturannya jelas dan sesuai dengan fungsi BUMN. Menurut Tanri, bila tiga tantangan ini dapat diselesaikan, BUMN bisa menjadi besar dan profesional.
ODELIA SINAGA