TEMPO.CO, Mimika - PT Freeport Indonesia telah mengeluarkan dana sebesar Rp 40 triliun untuk eksplorasi tambang baru yang direncanakan beroperasi 2021. Dana itu untuk membiayai dua lokasi tambang bawah tanah yang sejak 2003 dikembangkan Freeport. Yakni Deep Mile Level Zone (DMLZ) dan Grassberg block Cave (GBC).
Kedua lokasi tersebut belum bisa menghasilkan apa pun karena dalam tahap praproduksi. "Sampai saat ini Rp 40 triliun dan sampai tahun 2021 butuh Rp 100 triliun lagi. Karena itu, kami harap kelanjutan bisa diteruskan," kata Nurhadi Sabirin, Executive Vice President dan General Manager PT Freeport, di Timika, Minggu, 15 Februari 2015.
Nurhadi enggan mengomentari jika perpanjangan operasi Freeport mengalami hambatan. Kontrak karya generasi Freeport akan habis pada tahun 2021. Perusahaan, kata dia, membutuhkan kepastian usaha saat ini untuk meneruskan operasi tambangnya. Pasalnya, jumlah investasi Freeport telah banyak keluar. "Kami optimistis ada jalan keluarnya dengan investasi yang sudah kami tanamkan," katanya.
Tambang bawah tanah DMLZ dan GBC akan dioperasikan untuk menggantikan Grassberg Mine dan DOZ (Deep Ore Zone) yang akan habis cadangan mineralnya. Cadangan Grassberg Mine akan habis tahun 2017 dan DOZ pada akhir tahun ini.
DMLZ mempunyai cadangan tambang 526 juta ton, sedangkan cadangan GBC lebih banyak dua kali lipat atau 999,6 juta ton. Pengembangan konstruksi DMLZ akan berakhir pada tahun ini, sedangkan GBC pada tahun 2017. "Tetapi, pada 2021, operasi tambang baru optimal," katanya.
Baca Juga:
Setiap tahun, Freeport mengeluarkan dana investasi Rp 15 triliun untuk perluasan dan pengembangan tambang bawah tanah.
ALI HIDAYAT