TEMPO.CO, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar setuju Indonesia mengembangkan industri mobil nasional (mobnas). "Saya pikir mobnas penting, tapi kerja samanya dengan siapa?" tanya Deddy di Bandung, Rabu, 11 Februari 2015.
Deddy mengatakan pemerintah perlu mencari rekanan alternatif selain Proton untuk mengembangkan mobnas. "Masih banyak. Kalau perlu, jangan malu kembali ke Timor juga tidak apa-apa," ujar aktor sejumlah film ini.
Mobil Timor pernah dirancang menjadi mobnas era Presiden Soeharto. Proyek ini digarap oleh Hutama Mandala Putra alias Tommy, yang tak lain anak Soeharto. Karena berbagai alasan teknis dan politis, proyek mobnas Timor gagal. Menurut Deddy, yang terpenting adalah pemerintah tidak buru-buru, karena pengembangan mobnas butuh waktu panjang. "Ini jangka panjang, menentukannya harus tepat."
Soal mobnas kembali mengemuka setelah pabrikan mobil Malaysia, Perusahaan Otomobil Nasional (Proton) Sdn, meneken nota kesepahaman dengan PT Adiperkasa Citra. Dalam situs www.proton.com, perusahaan yang didirikan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad itu menyatakan kolaborasinya dengan Adiperkasa itu bertujuan mengembangkan mobnas Indonesia.
Namun mantan Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Mahmud Hendropriyono, pemilik PT Adiperkasa, menyatakan kerja sama dengan Proton tak berkaitan dengan pengembangan mobnas. Penandatanganan kerja sama ini disaksikan Presiden Joko Widodo, Perdana Menteri Najib Tun Razak, dan bos Proton, Mahathir Mohamad.
Menurut Hendropriyono, penggunaan istilah mobnas dalam kerja sama ini tidak tepat. Proyek dengan Proton itu adalah kerja sama antara swasta dan swasta. Bentuk kerja sama ini, menurut dia, adalah pengembangan teknologi, yang akan menampung sekitar 6.000 tenaga kerja.
Dia menuturkan kerja sama ini perlu diambil karena membangun pabrik mobil asli Indonesia membutuhkan dana sangat besar. Dengan menggandeng Proton, ujar Hendropriyono, proses produksi akan lebih efisien. Proton, menurut dia, juga akan membantu pemasaran dan jaringan.
AHMAD FIKRI