TEMPO.CO, Jakarta -Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berharap pemerintah tidak jorjoran memberikan insentif pajak kepada perusahaan otomotif Malaysia, Proton Holdings Berhad, terkait dengan rencana peluncuran program mobil nasional bersama perusahaan milik A.M. Hendropriyono.
“Kurang elok bila pemerintah ada rencana memberikan insentif atau bahkan pembebasan bea masuk, meskipun judulnya pengembangan mobil nasional,” kata anggota Komisi Keuangan (Komisi XI) DPR, Wilgo Zainar, kepada Tempo.
Upaya pengembangan mobil nasional untuk saat ini dinilai belum tepat. Sebaiknya pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur pertanian, seperti waduk, irigasi, dan pembukaan lahan baru. “Jangan hanya memprioritaskan penambahan fasilitas transportasi, seperti jalan tol, yang berpotensi menambah kemacetan.”
Wilgo menambahkan, yang dibutuhkan saat ini adalah ketersediaan bahan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau. “Mobil nasional bukan kebutuhan rakyat,” kata Wilgo, yang tetap menyambut baik investasi, termasuk Proton. Namun harus bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Seperti dilansir kantor berita Malaysia, Bernama, dalam kunjungan kerjanya ke Malaysia, Presiden Joko Widodo membahas rencana pengembangan mobil nasional. Presiden menunjuk PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) menjalin kerja sama dengan Proton. Nota kesepahaman (MoU) ditandatangani Jumat lalu.
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono, menyatakan pihaknya masih mengkaji realisasi kelanjutan kerja sama Proton dengan perusahaan Hendropriyono itu, termasuk kajian potensi pasar mobil Malaysia di Indonesia.
Untuk itu, ia belum bisa menyebutkan insentif seperti apa yang akan diberikan pemerintah kepada perusahaan otomotif dari negeri jiran itu. “Jadi, kita tunggu saja,” katanya.
Sejauh ini, Soerjono mengaku belum mengetahui secara detail kesepakatan kerja sama itu. Namun Kementerian berjanji segera mendiskusikan apa saja yang dibutuhkan pemerintah dalam proyek itu. “Intinya, sejauh kerja samanya win-win, ya, kenapa tidak?”
JAYADI SUPRIADIN| ANTARA| MIRULLAH