TEMPO.CO, Jakarta - Pemilik suplier buah impor Matras Khatulistiwa Jaya di Jalan Wates, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Fendy Budianto, mengatakan permintaan apel impor turun 30 hingga 40 persen sejak muncul kabar apel impor berbakteri dari California, Amerika Serikat. "Omzet kami turun Rp 100 hingga Rp 200 juta sejak sepekan lalu," kata dia di kantor Matras, Senin, 2 Februari 2015.
Dalam kondisi normal, Fendy setiap bulan menjual setidaknya lima ton apel impor ke sejumlah supermarket dan pasar buah tradisional di Jawa Tengah dan DIY. Apel yang ia impor berasal dari Amerika Serikat, New Zealand, dan Cina. Distributor apel impor ke perusahaan Fendy dari Jakarta dan Surabaya.
Fendy mengatakan merebaknya informasi ihwal apel berbakteri membuat sebagian konsumen menjadi khawatir mengkonsumsi apel impor. Mereka menganggap semua apel yang didatangkan dari Amerika Serikat mengandung bakteri. Padahal, ada banyak jenis apel dari negeri Abang Sam itu yang bebas dari bakteri dan aman untuk dikonsumsi. Misalnya apel Washington.
Ia menyatakan Matras berhenti mendatangkan dua jenis apel impor setelah pemerintah mengumumkan larangan untuk menjualnya. Tim dari Pemerintah DIY, kata dia beberapa hari yang lalu mendatangi kantornya untuk mengambil sampel apel. Tapi, ia memastikan tiga buah apel yang jadi sampel dari kantornya bukan termasuk dua jenis apel berbakteri.
Fendy berharap pemerintah aktif memberi tahu masyarakat bahwa tidak semua apel impor mengandung bakteri. Ini penting supaya konsumen mendapat informasi yang baik sehingga bisa membedakan produk apel yang aman maupun yang berbahaya.
SHINTA MAHARANI