TEMPO.CO, Jakarta - Tekanan terhadap nilai tukar rupiah kemungkinan akan mulai mereda dalam beberapa bulan ini. Badan Pusat Statistik dalam pemaparannya hari ini, Senin, 2 Februari 2015, menyatakan neraca perdagangan Desember 2014 mengalami surplus US$ 190 juta. (Baca: 2015, Kinerja Ekspor Diramalkan Membaik)
Berdasarkan pencatatan BPS, nilai ekspor Indonesia pada Desember 2014 sebesar US$ 14,62 miliar atau naik 7,38 persen dibanding November 2014. Adapun nilai impor pada Desember 2014 mencapai US$ 14,43 miliar atau naik 2,8 persen dibanding November 2014. Jadi, terdapat selisih perdagangan sebesar US$ 190 juta.
Khusus ekspor non-migas Desember 2014 mencapai US$ 12,27 miliar, naik 6,59 persen dibanding November 2014. Peningkatan terbesar ekspor non-migas Desember 2014 dari November 2014 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$ 168,6 juta (55 persen). (Baca: Jokowi: Investor Besar Korea Antre ke Indonesia)
Sedangkan nilai impor non-migas Desember 2014 sebesar US$ 11,05 miliar, naik 4,51 persen dibanding November 2014. Nilai impor non-migas terbesar Desember 2014 adalah golongan barang mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$ 2,02 miliar. Nilai ini turun 0,47 persen dibanding impor golongan barang yang sama November 2014.
Membaiknya neraca perdagangan ini sudah diprediksi oleh Kepala Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk Juniman. Ketika dihubungi hari ini, ia memprediksi neraca perdagangan akan surplus hingga US$ 220 juta. "Neraca perdagangan juga diprediksi surplus karena faktor musiman pada Desember,” ujarnya. (Baca: Inggris Ingin Free Trade Area dengan Indonesia)
Menurut dia, pesanan ekspor pada akhir tahun dan turunnya impor minyak membuat penyebab neraca perdagangan kembali positif. "Kita, kan, net importir. Jadi, saat harga minyak turun, impor kita turun dalam," tuturnya. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo sebelumnya pernah mengatakan neraca perdagangan pada Desember 2014 bakal mengalami surplus sekitar US$ 100 juta.
EFRI RITONGA | ALI HIDAYAT