Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dampak Stimulus ECB Tak Besar bagi Indonesia  

image-gnews
Justus Becker (kiri) dan Bobby Borderline membuat sebuah mural graffiti pada pagar yang mengelilingi lokasi pembangunan kantor pusat baru dari Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman, (14/3). REUTERS/Kai Pfaffenbach
Justus Becker (kiri) dan Bobby Borderline membuat sebuah mural graffiti pada pagar yang mengelilingi lokasi pembangunan kantor pusat baru dari Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman, (14/3). REUTERS/Kai Pfaffenbach
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan rencana penggelontoran stimulus oleh bank sentral Eropa (Europen Central Bank/ECB) tidak akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut dia, Indonesia tidak akan merasakan efek kebijakan tersebut dalam waktu dekat.

"Kebijakan itu untuk menghidupkan kembali perbankan di Eropa dan pengaruh positif ke negara lain termasuk Indonesia. Tapi, dampaknya tidak akan besar," kata Bambang di kantor Direktorat Pajak Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 27 Januari 2015. (Baca: Akhir Januari, Dolar Bisa di Bawah Rp 12.500)

Menurut Bambang, strategi yang dilakukan Eropa tersebut sama seperti yang pernah dipakai Amerika saat mengucurkan stimulus untuk menghidupkan sektor keuangannya. Pengucuran itu bisa berupa penerbitan bond atau surat berharga negara. Jika keuangan di Eropa membaik, maka tentu akan berpengaruh ke pasar berkembang. "Namun, besaran ekspansi ECB tidak sebagus saat Amerika mengeluarkan quantitative easing," katanya.

Dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat sebelumnya Bambang juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, harapan pengucuran stimulus Eropa dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat kecil. Berdasarkan pengalaman, saat Amerika mengucurkan stimulusnya pada 2008, dampaknya baru terasa di Indonesia pada 2010. "Butuh waktu satu sampai dua tahun," katanya.

Bambang menyatakan hal itu saat menanggapi pendapat anggota Komisi Keuangan dan Perbankan dari Fraksi PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno, yang menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai 5,8 persen dengan adanya tambahan sentimen positif dari Eropa. (Baca: Jika Breakdown, Pertumbuhan Ekonomi 5,1 Persen)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam rapat tersebut, pemerintah dan parlemen akhirnya sepakat tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 dipatok 5,7 persen. Angka itu diperoleh dari komposisi baseline pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dan tambahan dari realokasi belanja subsidi ke belanja infrastruktur sebesar 0,6 persen.

"5,7 persen ini butuh upaya ekstra dari belanja APBN," kata Bambang. Sedangkan untuk asumsi ekonomi makro yang lain, pemerintah dan DPR sepakat tingkat inflasi sebesar 5 persen, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,2 persen, dan nilai tukar rupiah 12.500 per dolar AS. (Baca: Korporasi Butuh Dolar, Rupiah Melemah)

ANGGA SUKMAWIJAYA


Terpopuler
Menteri Tedjo, Jaya di Laut Gagal di Darat
Syahrini Pamer Foto Bersama Paris Hilton di Bali
Pengacara Budi Gunawan Kini Incar Penyidik KPK
Kemudi QZ8501 Rusak, Ini Jawaban AirAsia
Selalu Bilang Next, Ceu Popong Tegur Menteri Anies

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

Komandan Militer Iran Nyatakan Siap Hadapi Serangan Israel
Ekonom Ingatkan Pemerintah Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Ekonom sekaligus Pendiri Indef Didik J. Rachbini mengingatkan pemerintah Indonesia, termasuk Presiden terpilih dalam Pilpres 2024, untuk mengantisipasi dampak konflik Iran dengan Israel.


ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

8 hari lalu

Logo ADB atau Asian Development Bank. (adb.org)
ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.


Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

15 hari lalu

Lokasi pertemuan menteri-menteri luar negeri Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) di Luang Prabang, Laos, Minggu 28 Januari 2024. ANTARA/Kyodo
Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.


Kemenparekraf Prediksi Libur Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

17 hari lalu

Puncak Arus Mudik Lebaran di Bandara Soekarno-Hatta 6 April, 188.795 Penumpang Diprediksi Melintas
Kemenparekraf Prediksi Libur Lebaran Dorong Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen

Kemenparekraf memprediksi perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif selama Lebaran 2024 mencapai Rp 276,11 triliun.


21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

26 hari lalu

Perayaan hari jadi Museum Layang-Layang ke-21 di Pondok Labu, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 23 Maret 2023.  TEMPO/S. Dian Andryanto
21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.


Syarat Rasio Pajak Naik, Jaga Stabilitas Ekonomi

27 hari lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu perdana dengan wakil presidennya Gibran Rakabuming Raka hari ini, Jumat 22 Maret 2024. Dok Tim Prabowo
Syarat Rasio Pajak Naik, Jaga Stabilitas Ekonomi

Rasio pajak bisa naik jika stabilitas ekonomi terjaga. Sebab penyumbang penerimaan terbesar masih pajak badan dari dunia usaha.


Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

28 hari lalu

Ilustrasi lowongan kerja. Tempo/M Taufan Rengganis
Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.


Deretan Janji Prabowo jika Terpilih jadi Presiden RI, dari Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Hingga Swasembada Pangan

29 hari lalu

Deretan Janji Prabowo jika Terpilih jadi Presiden RI, dari Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Hingga Swasembada Pangan

Ada banyak program yang Prabowo dan Gibran janjikan jika mendapat mandat untuk menjadi Presiden dan Wapres RI. Simak sejumlah janji saat kampanye itu.


Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

30 hari lalu

Direktur Utama BRI Sunarso yang dinobatkan sebagai Pemimpin /CEO Terpopuler di Media Sosial 2022, untuk kategori BUMN Tbk.
Bos BRI Beberkan Dampak Resesi di Jepang dan Inggris ke Indonesia

Dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR hari ini, Dirut BRI Sunarso membeberkan dampak resesi di Jepang dan Inggris ke perekonomian Indonesia.


PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

30 hari lalu

Porter mengangkut sekarung pakaian di pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Kamis 14 Maret 2024.  Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 7//2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).  TEMPO/Tony Hartawan
PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.