TEMPO.CO, Paris - Lembaga pemeringkat Standard and Poor's menanggalkan peringkat layak investasi atau investment grade Rusia dengan memangkasnya satu tingkat menjadi "BB+" ke dalam wilayah spekulatif atau junk, dengan peringatan pertumbuhan dan bank lemah.
"Penurunan peringkat mencerminkan pandangan kami bahwa fleksibilitas kebijakan moneter Rusia telah menjadi lebih terbatas dan prospek pertumbuhan ekonomi telah melemah," demikian pernyataan lembaga pemeringkat, Senin, 26 Jasnuari 2015.
Penurunan tajam harga minyak dan sanksi-sanksi Barat telah memukul ekonomi Rusia dalam beberapa bulan terakhir, dengan nilai rubel runtuh pada bulan lalu. (Baca: Lembaga Fitch Rating Juga Menurunkan Peringkat Rusia)
Standard and Poor's adalah yang pertama menurunkan peringkat Rusia ke dalam wilayah spekulatif atau junk.
Moody's awal bulan ini memangkas peringkat Moskow menjadi "Baa3", satu tingkat di atas junk. Hal ini seperti yang dilakukan Fitch, yang menurunkannya menjadi "BBB-".
Standard and Poor's sekarang memperkirakan bahwa ekonomi Rusia yang bergantung pada minyak akan mengalami kontraksi sebesar 2,6 persen pada 2015 akibat penurunan harga minyak mentah dan sanksi Barat atas Ukraina.
Lembaga pemeringkat memproyeksikan bahwa ekonomi Rusia akan tumbuh sekitar 0,5 persen per tahun dalam periode 2015-2018, di bawah 2,4 persen, yang naik tipis selama empat tahun sebelumnya.
Semakin rendah proyeksi pertumbuhan "mencerminkan kurangnya pendanaan eksternal karena pengenaan sanksi-sanksi ekonomi dan penurunan tajam harga minyak," begitu pernyataan lembaga pemeringkat. "Kami juga memperkirakan bahwa penurunan daya beli dalam negeri sebagai akibat dari depresiasi nilai tukar dan kenaikan inflasi kemungkinan akan menghambat prospek pertumbuhan Rusia."
Lembaga pemeringkat juga menyatakan, "Kami percaya bahwa sistem keuangan Rusia sedang melemah, dan karena itu membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk mengirimkan kebijakan moneternya."
Standard and Poor's tidak yakin tentang kemampuan pemerintah Rusia untuk memulihkan pertumbuhan jangka panjang. "Saat ini kami tidak memperkirakan bahwa pemerintah akan mampu secara efektif mengatasi hambatan struktural lama untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat atas proyeksi horizontal kami untuk 2015-2018."
ANTARA
Berita penting lain
Politikus PDIP: Jokowi Bisa Game Over
Nurul Arifin: Jokowi Direcoki Partai Pendukung
Soal BBM Kapal, DPR: Bu Susi Kok Kayak BP Migas !
Negatif Narkoba, Pilot Air Asia Terbang Lagi
Jamu Liverpool, Chelsea Siap Lampiaskan Kekecewaan