TEMPO.CO, Surabaya - Penurunan harga semen tak membuat pengusaha properti waswas. Harga semen disebutkan hanya berpengaruh pada penurunan harga rumah dan properti lainnya maksimal sekitar 5 persen. (Baca: Jokowi Turunkan Harga Semen, Pertama dalam Sejarah.)
Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur Paulus Totok Lucida mengungkapkan itu kepada Tempo pada Selasa, 20 Januari 2015. Para pengusaha properti, kata Totok, lebih waswas menanti keputusan angka suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed, yang disebutnya justru berpengaruh besar baik terhadap pelemahan maupun penguatan rupiah.
"The Fed itu yang nantinya mempengaruhi BI rate, yang ujung-ujungnya mempengaruhi besaran KPR," ujar Paulus. (Baca: Naiknya Harga BBM Pengaruhi Harga Jual Perumahan.)
Pengaruh penurunan harga semen juga dinilai masih kalah dengan faktor sistem perizinan. Pengurusan perizinan dari pemerintah yang lama mengakibatkan harga jual properti mahal. "Sebab, cost of money menjadi beban bagi end user (pembeli)," katanya.
Asosiasi berharap pemerintah segera menerapkan kebijakan dan langkah-langkah riil untuk memangkas perizinan tersebut. "Juga, kepastian perizinan karena mayoritas masalah properti di Indonesia itu ada pada perizinan, bunga, kredit, dan realisasi kredit."
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengumumkan harga jual semen produksi badan usaha milik negara sebesar Rp 3.000 per sak. Harga baru semen efektif berlaku mulai Senin, 19 Januari 2015, menyusul penurunan harga BBM bersubsidi. BUMN produsen semen antara lain PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Batu Raja Tbk.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
Mahasiswi Berutang Rp 1 Miliar Dikenal Tertutup
Tony Abbot Kirim Surat, Apa Reaksi Jokowi?
Keluarga Korban Air Asia Berebut Jadi Ahli Waris
Tolak Tawaran Jokowi, Sutarman Pilih Bertani