TEMPO.CO, Bukittinggi - Transaksi menggunakan uang tunai di Indonesia masih tinggi. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat, penggunaan uang tunai di Indonesia mencapai 85 persen dari total transaksi, dengan nilai US$ 500 miliar. Artinya, penggunaan uang non-tunai hanya sekitar 15 persen. (Baca:Ahok Larang PNS Tarik Uang di Atas Rp 25 Juta )
Masih tingginya penggunaan uang tunai ini membuat Indonesia kalah dari Kenya, yang notabene belum masuk kategori negara berkembang. "Transaksi non-tunai mereka sudah mencapai 31 persen, senilai US$ 33,62 miliar," kata Budi Hartono, Direktur Electronic Bangking Group Transaction PT Bank Mandiri (Persero), saat training media di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat, 12 Desember 2014.
Budi mengatakan, dibandingkan Malaysia dan Singapura, penggunaan uang tunai di Indonesia jauh lebih tinggi. Penggunaan uang tunai di Malaysia mencapai 42 persen, sementara Singapura 39 persen. Sebagai salah satu negara berkembang dengan populasi 250 juta orang, Budi menilai, sudah waktunya Indonesia serius mengembangkan uang non-tunai. "Sekitar 120 juta orang kita, kan, bekerja," ujarnya. (Baca:Kenaikan Biaya Transaksi ATM Ikut Dorong Inflasi )
Menurut Budi, transaksi dengan uang tunai memiliki banyak masalah. Di antaranya, masalah produksi, penyimpanan, pengiriman dan penghancurannya butuh biaya besar. "Penggunaan cash juga sulit tercatat. Ini berkaitan erat dengan tingginya angka korupsi dan pasar gelap," ujarnya.
Dalam mengatasi permasalah itu, Budi mengatakan, Bank Mandiri berencana melakukan revolusi dompet. "Ngapain dompet berisi uang. Bisa di-convert dengan simcard dan mobile," katanya. (Baca:2015, Kartu Jakarta Pintar Tak Bisa Ditarik Tunai)
ANDRI EL FARUQI
Terpopuler
Inikah Transaksi Rekening Gendut Foke?
Alasan Kapal Selam Jerman Diam Saat Diserang
Beri Jalan ke Jokowi, Sultan Yogya Dipuji Habis
Diajak Ikut Iringan Jokowi, Apa Kata Sultan Yogya?