TEMPO.CO, Subang - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai keberadaan gedung dan mesin pabrik gula PT Rajawali Nusantara Indonesia II Pasirbungur, Subang, Jawa Barat, kumuh dan sudah uzur. "Pabrik gula itu di dalamnya mestinya bisa dipakai tidur (bersih)," ujar Kalla saat menginspeksi langsung pabrik gula Rajawali Nusantara 2 di Pasirbungur, Subang, Kamis, 4 Desember 2014.
Menurut Kalla, pabrik tersebut harus segera direvitalisasi. Sebab, baik dari sisi produksi maupun bisnis sudah tidak mampu bersaing dengan pabrik gula swasta dalam negeri, apalagi luar negeri. (Baca juga: PT RNI Akan Tutup 2 Pabrik Gula di Cirebon)
Padahal pabrik-pabrik gula milik PT RNI yang sahamnya 100 persen milik pemerintah tersebut diandalkan buat mencapai program kedaulatan pangan yang dibesut Jokowi-JK. "Tanpa gula impor," ujar Kalla sambil melirik ke arah Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang mendampinginya.
Dengan kondisi pabrik gula seperti yang ada di Subang tersebut, "mimpi" kedaulatan pangan sulit tercapai. Sebab, produksinya sangat tidak kompetitif.
"Sekarang rendemennya berapa?" tanya Kalla kepada Direktur Utama PT RNI Ismed H. Putro yang terus mendampinginya. "Rendemennya 6,2, rendemen tertingginya pernah mencapai 7,8," ujar Ismed.
"Bisa ditingkatkan jadi 10 enggak?" tanya Kalla lagi. "Enggak bisa, Pak," jawab Ismed.
Ismed menuturkan, jika rendemen pabrik gula Rajawali Nusantara Subang ingin tinggi lagi, harus dilakukan revitalisasi.
Pabrik gula Rajawali Nusantara 2 Subang mulai beroperasi pada 1998 dan menjalani rehabilitasi pada 2004. Kondisinya saat ini, baik gedung pabrik maupun mesin-mesin produksinya, secara kasat mata sangat memprihatinkan. Gedungnya tampak kusam dan kumuh, sementara mesin-mesinnya tampak sudah kuno.
NANANG SUTISNA
Berita lain:
Ciri-ciri Taksi Express Asli dan Palsu
Jokowi Ganti KSAL dan KSAU Secara Bersamaan
Kubu Ical Ujuk-ujuk Puji Menteri Laoly, Ada Apa?