TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Vietnam menyepakati kerja sama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Vietnam. “Rusia dinilai memiliki solusi teknologi nuklir yang aman untuk pembangunan sebuah pembangkit,” ujar Direktur Departemen Bisnis Internasional Rosatom Nikolay Drozdov dalam keterangan tertulis kepada Tempo, Kamis, 20 November 2014.
Perusahaan nuklir pemerintah Rusia itu memfasilitasi pembangunan infrastruktur pembangkit nuklir tersebut, termasuk penyiapan sarana pendukung, seperti fasilitas tanggap darurat, perlindungan fisik, kerangka peraturan, serta pendidikan dan pelatihan personel pengoperasian pembangkit.
Drozdov mengatakan lembaganya tertarik memperluas wilayah operasionalnya di kawasan Asia Tenggara. Vietnam, kata dia, merupakan mitra pertama Rusia di bidang pengembangan energi nuklir lewat pembangkit listrik tenaga nuklir di kawasan ini. PLTN pertama di Vetnam itu dibangun di Provinsi Ninh Thuan. (Baca: Jika Jadi Presiden, Jokowi Diminta Pakai Nuklir)
Wakil Presiden Electricity of Vietnam atau EVN (perusahaan listrik Vietnam), Nguyen Cuong Lam, mengatakan Rusia memiliki pengalaman dalam teknologi nuklir. Rusia mampu membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir dan memiliki banyak reaktor nuklir berteknologi tinggi yang sesuai dengan standar Badan Energi Atom Internasional (IAEA). (Baca: Bangun Reaktor Nuklir Eksperimental, Batan Butuh Rp 1,6 Triliun)
Rosatom menyelenggarakan sidang pleno diskusi Forum Pemasok Industri Nuklir Atomex Asia 2014 di Ho Chi Minh, Vietnam, kemarin. Forum Atomex Asia 2014 dibuka oleh Konsul Jenderal Federasi Rusia di Ho Chi Minh, Anatoly Borovik; Direktur Jenderal Badan Energi Atom Vietnam (Vietnam Atomic Energy Agency) Dr Hoang Anh Tuan; Kepala Departemen Perindustrian dan Perdagangan Le Tuan Phong; Analis Penelitian Senior dari Asosiasi Nuklir Dunia Ian Hore-Lucy; dan Wakil Presiden EVN Nguyen Cuong Lam. (Baca: Jepang Akan Aktifkan Lagi Reaktor Nuklir)
Hadir dalam forum ini antara lain beberapa badan atom dan nuklir di negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Asosiasi Nuklir Dunia dan beberapa perusahaan pemasok nuklir terkemuka di Rusia juga hadir.
JAYADI SUPRIADIN