TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2014. Tahun ini, kata dia, pertumbuhan ekonomi akan berada di angka 5,1 persen atau di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 sebesar 5,2 persen. "Konsumsi pasti akan sedikit menurun," kata dia di kantornya, Selasa, 18 November 2014.
Namun Bambang mengatakan, pengalihan subsidi BBM akan membantu pertumbuhan ekonomi 2015. Pada tahun depan, kata dia, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,8 persen karena investasi pemerintah akan naik. Dia berharap hal ini diikuti kenaikan investasi asing (FDI) dan swasta nasional. "Jadi penurunan konsumsi bisa ditalangi oleh investasi," ujarnya. (Baca: Harga BBM Melambung, BI Rate Naik Jadi 7,75 Persen).
Target pertumbuhan ekonomi 5,8 persen, menurut Bambang, akan tercapai jika realokasi subsidi BBM berjalan dengan benar. Meski pertumbuhan ekonomi terkoreksi, dia yakin defisit neraca transaksi berjalan akan lebih baik dari tahun lalu. Pada 2013, defisit transaksi berjalan mencapai 3,3 persen dari produk domestik bruto (GDP). "Tahun ini bisa 3 persen," katanya. Pada 2015, defisit bisa mencapai 2,5 persen terhadap PDB. (Baca juga: Jokowi Naikkan Harga BBM, Puan Menutup Diri?).
Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Senin, 17 November 2014. Harga premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500, sedangkan harga solar melambung dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler
Ahok Didoakan Jadi Mualaf di Muktamar Muhammadiyah
Jokowi: Harga BBM Naik Rp 2.000 Per Liter
Harga Premium Kini Rp 8.500, Solar Rp 7.500