TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan di bursa saham Indonesia pada beberapa pekan terakhir sangat fluktuatif. Terlebih, ada kemungkinan gonjang-ganjing politik akan kembali terjadi sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Analis dari PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, menyampaikan tip berdagang di pasar saham saat sentimen politik menjadi dominan.
1. Jangan panik
Reza mengatakan market memiliki pola berulang. Artinya, pola-pola seperti yang dihadapi oleh IHSG pada saat pemilihan Ketua DPR-MPR pernah terjadi pada periode sebelumnya. Ia mencontohkan IHSG pernah mengalami masa krisis akibat subprime mortagage, krisis Zona Euro, dan perlambatan ekonomi global. "Jika sudah sampai pada titik batasnya, akan terjadi rebound," ujarnya.
2. Update informasi
Menurut Reza, kata kunci bagi investor adalah informasi mengenai perkembangan pasar dan emiten. "Investor harus mampu mandiri dalam mencari informasi, jangan menunggu informasi dari analis saja," katanya. Ia mencontohkan berita yang termutakhir dari media online menjadi salah satu sumber informasi. Tak hanya itu, kata Reza, zaman sekarang investor sudah diberikan kemudahan untuk mencari informasi melalui perangkat Google.
3. Proaktif
Proaktif menghubungi investor relations dari emiten. "Investor harus proaktif untuk mencari tahu perkembangan mengenai emiten melalui investor relations," ujarnya. Sebab, kata Reza, jika pelayanan investor relations tak maksimal, investor dapat melaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
4. Penguasaan strategi
Menjadi investor, kata Reza, harus memiliki strategi yang baik untuk menghadapi situasi yang tak menentu. "Harus bisa belajar ketika pasar akan turun harus lepas di angka berapa," ujarnya. Jika tidak memiliki strategi yang baik, kata Reza, akan kebingungan untuk berdagang dalam kondisi spekulatif.
5. Pengelolaan keuangan
Pengelolaan uang yang dimaksud oleh Reza terkait dengan dana investor. "Dalam kondisi seperti ini jangan terlalu agresif," katanya. Ia mengingatkan investor untuk menghindari margin yang besar tapi merugikan. "Jika marginnya tinggi sementara perdagangan semakin lemah, akan menimbulkan masalah," ujarnya.
DINI PRAMITA
Topik terhangat:
Mark Zuckerberg | Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD
Berita terpopuler lainnya:
Pengganti Ahok Mantan Koruptor, Ini Kata Gerindra
Video Penganiayaan Murid SD di Bukittinggi Beredar
Gerindra Usut Pengkhianatan Kadernya di Pilpres