TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mempengaruhi kinerja PT Garuda Indonesia. Menurut Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar, kerugian disebabkan oleh sebagian besar biaya dikeluarkan dalam bentuk dolar. "Hampir 70 persen biaya dalam dolar, tapi setengah pendapatan kami dalam bentuk rupiah," kata Emirsyah di Grand Hyatt Hotel, Jakarta, Jumat, 10 Oktober 2014. (Baca: Garuda: Harga Tiket Tidak Akan Langsung Melambung)
Beberapa kinerja yang menurut Emir cukup terpengaruh di antaranya biaya sewa pesawat, pembelian avtur, dan pemeliharaan. "Tiga hal tersebut merupakan komponen terbesar," ujar Emir. Untuk memenuhi kebutuhan avtur, misalnya, Garuda perlu mengeluarkan sekitar 40 persen dari biaya operasional. (Baca: Citilink Pastikan Tak Cabut Airport Tax dari Tiket)
Baca Juga:
Adapun depresiasi terhadap rupiah berpengaruh hampir 23 persen year-on-year pada kinerja Garuda. "Pendapatan kami tidak akan cukup menutupi kebutuhan terhadap dolar," kata Emir.
Sepanjang semester pertama 2014, Garuda melaporkan rugi bersih sebesar US$ 211 juta pada periode enam bulan pertama 2014. Pada periode yang sama sebelumnya, Garuda rugi US$ 11 juta. Itu disebabkan oleh kerugian nilai tukar dari biaya operasional dan penjualan, peningkatan beban operasional, dan peningkatan kompetisi dari rute internasional.
AISHA SHAIDRA
Baca Juga:
Berita Terpopuler
Adik Prabowo Sebut Hasil Wawancaranya Dipelintir
Ilmuwan Kecam Politik Bumi Hangus Koalisi Prabowo
Demokrat Emoh Berkoalisi dengan Jokowi
Nazar: Ibas Banyak Main Proyek di Mana-mana