TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan tren penguatan dolar karena kebijakan bank sentral Amerika, The Fed, perlu diantisipasi. Menurut Mirza, rencana The Fed menaikkan bunga pada tahun 2015 mendatang juga perlu diperhatikan secara saksama oleh sejumlah negara-negara yang tergolong emerging market. (Baca: Gubernur BI: Reformasi Fiskal Mendesak)
"Negara emerging market harus melanjutkan reformasi ekonomi, menjaga makro rasio yang sehat, serta pro-investasi agar terhindar dari capital reversal," kata Mirza kepada Tempo, Sabtu, 4 Oktober 2014.
Menjaga rasio makro yang sehat, menurut Mirza, dapat dilakukan lewat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di bawah 2,5 persen produk domestik bruto (PDB). Selain itu, menurut Mirza, pemberlakuan subsidi jangan sampai memberatkan APBN itu sendiri. (Baca: Apa Harapan Bimbim Slank untuk Kabinet Jokowi-JK?)
Hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah defisit transaksi berjalan berada di bawah 3 persen PDB. Neraca transaksi berjalan pada kuartal kedua 2014 diperkirakan masih akan defisit, terutama karena tak ada perubahan signifikan dalam komponen pada neraca tersebut bila dibandingkan kuartal sebelumnya. Neraca baru akan surplus apabila nilai ekspor jauh lebih tinggi daripada impor.
Selain ketiga hal di atas, Mirza melanjutkan, rasio utang luar negeri perlu dijaga sehat. Komposisi ULN pemerintah dan bank sentral pada Juli 2014 mencapai US$ 134,15 miliar. Sedangkan swasta mencakup industri perbankan mencapai US$ 29,16 miliar dan industri bukan bank mencapai US$ 127,24 miliar.
AISHA SHAIDRA
Baca juga:
Masalah Dengan Ancol Hambat Kreativitas Sea World
Habib Selon Ogah Komentari Aksi FPI
Kue Kurma, Lengkapi Sajian Menu Idhu Adha
Menikmati Lebaran dengan Sajian Daging Kurban