TEMPO.CO, Surabaya - Memasuki hari ke-3 geladi kotor peringatan hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, pada 7 Oktober mendatang, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Kantor Cabang Tanjung Perak berupaya mengatur ulang jadwal pergeseran kapal internasional.
Pengaturan dilakukan agar aktivitas bisnis di Pelabuhan Tanjung Perak tetap berlangsung meski Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) ditutup sementara. "Kami mengatur ulang jadwal sandar dan bongkar-muat kapal," kata juru bicara Pelindo III Tanjung Perak, Dhany Rachmad Agustian, saat dihubungi Tempo, Senin, 29 September 2014.
Pelayaran kargo internasional, kata Dhany, harus on time terhadap jadwal. Sehingga sejak tanggal 16 September 2014 pihaknya telah menawarkan reschedule kepada pengusaha kapal meskipun tak semuanya bersedia. "Hanya 40-45 persen yang masih bisa dinegosiasikan," ujarnya.
Adapun sisanya, kata dia, tidak bisa berkompromi soal jadwal. Sebab hal itu berkaitan dengan pelabuhan asal atau pelabuhan penerima, seperti Singapura dan Australia. "(Yang sulit berkompromi) mayoritas kapal curah kering." (Baca berita sebelumnya: HUT TNI, Pelabuhan Tanjung Perak Tidak Ditutup)
Kapal curah kering, Dhany menambahkan, tidak menoleransi keadaan cuaca. Misalnya, kapal yang memuat gandum, yang harus berhenti beroperasi bahkan ketika cuaca masih mendung.
Dhany mengatakan geladi kotor maupun geladi bersih yang dilaksanakan TNI memang mempengaruhi dwelling time alias waktu tunggu kapal. Biasanya, dwelling time berkisar 2-3 hari. Namun akibat penutupan sementara APBS, butuh waktu hingga empat hari bagi kapal untuk bisa sandar.
Selain itu, penutupan APBS juga berdampak pada kondisi zona labuh Pelabuhan Tanjung Perak. Di atas kertas, kapasitas zona labuh ialah sekitar 80 kapal. "Sementara sampai saat ini, jumlah kapal yang menumpuk di sana sudah mencapai tiga kali lipatnya." (Baca: 3 Kapal Perang Baru dari Inggris Meriahkan HUT TNI)
Dhany mengatakan pihaknya melakukan beberapa upaya guna mempercepat aktivitas bongkar-muat kapal. Yakni dengan mendorong para pengusaha pemilik gudang dan barang agar memberlakukan overtime atau kerja lembur. "Kami minta mereka beraktivitas 24 jam nonstop supaya mengurangi kepadatan," kata dia.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Surabaya Indonesia National Shipowners Association Stenvens H. Lesawengen menambahkan, anggotanya tak mungkin mengubah jadwal kapal yang sudah ditetapkan. Dia juga tak bisa berbuat banyak atas kerugian yang dialami. "Kerugian kami antara Rp 1-2 miliar per harinya," ujarnya. (Baca juga: Moeldoko Tak Puas dengan Latihan HUT TNI Ke-69)
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
Kurban, Pemerintah Waspadai Ternak di Sulawesi
Subsidi Kereta Jarak Jauh Masih Dihitung
Menkeu : Pemerintah Tak Wajib Bayar Korban Lapindo
Mandiri Buka Layanan Masyarakat Menengah Bawah
Kasus Alkes Banten, Anak Buah Atut Diperiksa KPK
Pensiun Menteri, Tifatul Tetap Akan Urus Internet