TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Organisasi Gabungan Angkutan Darat DKI Jakarta Safruan Sinungan menyatakan pemangkasan bahan bakar minyak bersubsidi akan mengganggu operasional angkutan barang. "Biasanya perjalanan cukup satu hari, sekarang butuh dua-tiga hari," kata Safruan saat dihubungi, Rabu, 27 Agustus 2014. (Baca: Kuota BBM Subsidi Masih 15,5 Juta Kiloliter)
Molornya waktu pengiriman barang ini akan mendongkrak biaya pengiriman sebesar 25-30 persen. Biaya itu dibutuhkan untuk membayar makanan supir selama menunggu antrean di stasiun pengisian bahan bakar umum. (Baca: Harga BBM Naik, Inflasi Melonjak 1 Persen)
Safruan mengatakan pihaknya belum menghitung total kerugian akibat pemangkasan kuota BBM. Selain menambah biaya, kondisi ini juga mempengaruhi pendapatan sopir. "Terutama sopir lepas. Kalau di bawah perusahaan ya tidak berpengaruh," kata dia. (Baca: Di Bandung, Premium Dibatasi Rp 50 Ribu per Mobil)
Sebelumnya, Pertamina menyatakan hingga 18 Agustus 2014 kuota BBM subsidi tersisa 15,5 juta kiloliter dari 46 juta kiloliter yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. Dari jumlah itu, kuota Premium tinggal 10 juta kiloliter, sedangkan solar sekitar 5,5 juta kiloliter. Sisa kuota ini harus mencukupi hingga akhir 2014.
Satu-satunya cara agar kuota mencukupi adalah dengan memangkas jatah ke SPBU. Dengan penjatahan ini, dalam beberapa hari terakhir sejumlah SPBU kehabisan stok BBK bersubsidi dan antrean kendaraan tak bisa dihindari.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler
Ahok Ragu Bisa Cocok dengan Risma
Ahok Akui Terjepit Antara Jokowi dan Prabowo
Ini Sebab Ahok Suka Djarot Syaiful Hidayat
Ini 8 Anggota ISIS yang Mirip Pemenggal Jurnalis AS
Dua Partai Merah Putih Diprediksi Gabung Jokowi-JK