TEMPO.CO, Jakarta - Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina (Persero) Suhartoko mengatakan terlalu tingginya konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi di semester I 2014 memaksa Pertamina untuk mengerem sisa kuota pada semester II. Apalagi, belakangan pemerintah malah memangkas kuota BBM bersubsidi dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2014.
"Konsumsi semester I sudah mencapai 23-24 juta kiloliter," katanya saat dihubungi, Selasa, 26 Agustus 2014.
Menurut Suhartoko, sebelumnya Pertamina memprediksi konsumsi BBM subsidi bakal lebih besar di semester kedua. Namun realisasinya, ternyata konsumsi di semester pertama juga tak kalah besar. (Baca:Di Bandung, Premium Dibatasi Rp 50 Ribu per Mobil)
"Terlanjur, ya sudah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Akhirnya justru menambah pengendalian pasokan," kata Suhartoko.
Suhartoko mengungkapkan per tanggal 18 Agustus 2014 sisa kuota BBM subsidi jenis Premium tinggal 10 juta kiloliter dan untuk solar tinggal 5,5 juta kiloliter. Agar kuota itu mencukupi sampai akhir tahun, kata Suhartoko, Pertamina kemudian memotong pasokan ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dari pasokan harian normal. Pasokan BBM jenis Premium dikurangi sebesar 5 persen, sedangkan untuk solar dipotong 10 persen.
Di lain pihak, kuota bahan bakar minyak bersubsidi untuk PT Pertamina Regional IV (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) diperkirakan tak bisa mencukupi kebutuhan konsumsi harian hingga akhir 2014. Sebab, konsumsi BBM bersubsidi di wilayah itu hingga Agustus ini sudah mencapai 67 persen dari total kuota tahunan yang sebanyak 5,6 juta kiloliter.
"Kebutuhan konsumsi BBM itu itu berdasarkan hitungan per 23 Agustus 2014. Realisasi konsumsi Premium bersubsidi di Jawa Tengah dan DIY telah melampui 60 persen," tutur External Relations Marketing Operation PT Pertamina Regional IV Robert M.V. Dumatubun di Semarang, Selasa, 26 Agustus 2014. (Baca:Bappenas Ketemu Tim Transisi, Soal BBM Tak Dibahas )
KHAIRUL ANAM | EDI FAISOL (SEMARANG)