TEMPO.CO, Malang - Selama tiga hari terakhir, Siadi, pengusaha batu bata di Desa Talangsuko, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, kesulitan mendapat solar bersubsidi. Ia membutuhkan solar itu untuk mengisi tangki truk pengangkut batu batanya. Namun, ia selalu kembali dengan tangan hampa. "Solar langka, tak bisa bekerja. Seharusnya sekalian saja harga dinaikkan, biar pasokan lancar," katanya kepada Tempo di Malang, Senin, 25 Agustus 2014.
Menurut Siadi, ia dan pemilik angkutan lain sudah berkeliling ke penjuru Turen dan Bululawang sejauh lima kilometer. Namun, solar tak juga didapat. Sejumlah SPBU sudah kehabisan solar bersubsidi. "Batu bata sudah siap, tapi tidak bisa dikirim," katanya. (Baca: Jero Wacik Pastikan Kuota BBM Subsidi Tak Ditambah)
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas, Kabupaten Malang, Teuku Rizal Pahlevi, menjelaskan jika kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ini terjadi akibat pengurangan kuota. Kuota pasokan BBM dibatasi sejak 18 Agustus dan baru dirasakan dampaknya beberapa hari terakhir. "Ini keputusan pemerintah, kami tak bisa apa-apa," katanya.
Menurut Teuku Rizal, kuota solar bersubsidi di Malang dikurangi 20 persen dari konsumsi harian yang sebanyak 300 kiloliter. Sedangkan Premium dikurangi 10 persen dari kebutuhannya yang sekitar seribu kiloliter per hari. "Agar kuota BBM dibatasi agar subsidi bisa bertahan sampai akhir 2014." (Baca: BBM Bersubsidi Mulai Langka di Padang)
Karena pengurangan kuota itu, pembelian BBM bersubsidi dibatasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Seperti khusus sepeda motor dibatasi maksimal dua liter per unit sepeda motor. Namun, Teuku Rizal menjamin pasokan BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan solar nonsubsidi akan tetap stabil. "Jadi masyarakat bisa beralih menggunakan BBM nonsubsidi," kata dia.
EKO WIDIANTO
TERPOPULER:
Jokowi Kalah Rapi Ketimbang Paspampres
Unimog Milik Massa Prabowo Harganya Rp 1-2 Miliar
Begini Spesifikasi Calon Tunggangan Jokowi
Partai Pro-Prabowo Mulai 'Bergerilya' Pekan Depan