TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pemerintah perlu menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada batas-batas yang tidak menimbulkan tekanan yang mengancam stabilitas ekonomi. "Pertumbuhan ekonomi 5,6 persen untuk tahun depan merupakan tingkat pertumbuhan yang realistis dan konservatif," ujarnya di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Agustus 2014.
Menurut Chatib, target pemerintah dalam menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6 persen pada tahun depan telah memperhatikan faktor internal dan eksternal. (Baca: RAPBN 2015 Beri Peluang untuk Pemerintahan Baru)
Sebelumnya, Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya mempertanyakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015. Sedangkan pada APBN-P 2014, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen. Namun, realisasinya, pertumbuhan ekonomi pada semester pertama tahun ini hanya mencapai 5,2 persen. (Baca: SBY Banggakan Realisasi MP3EI)
Menjawab pertanyaan itu, Chatib menjelaskan, dari sisi internal, kebijakan menjaga stabilitas ekonomi domestik menjadi fokus dari kebijakan ekonomi makro, khususnya dalam rangka memperbaiki posisi keseimbangan eksternal Indonesia. "Transaksi berjalan mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir yang imbasnya juga pada pergerakan nilai tukar rupiah," katanya.
Selain itu, stabilitas ekonomi perlu dijaga, mengingat hal tersebut akan memberikan landasan yang solid serta menjadi prasyarat bagi pertumbuhan yang berimbang dan berkelanjutan. (Baca: Chairul Tanjung: Tantangan Ekonomi Sangat Berat)
Dari sisi eksternal, kata Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh kinerja ekonomi global yang cukup membaik, khususnya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa. Namun masih terdapat risiko yang perlu diwaspadai, seperti kinerja ekonomi Cina yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, perkembangan harga komoditas internasional yang cukup fluktuatif dengan tren yang menunjukkan pelemahan, serta implikasi dari kebijakan moneter Amerika Serikat.
GANGSAR PARIKESIT
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Kiai Pro-Prabowo: Jika Tidak PSU, MK Cacat
Tiga Kader Golkar Gugat Ical Rp 1 Triliun
Candi Borobudur Disebut Jadi Target Teror ISIS