TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menganjurkan penggantinya kelak berasal dari jajaran direksi internal. Hal itu, kata dia, untuk memudahkan transisi kepemimpinan di perusahaan pelat merah tersebut. "Tetapi, kan, itu bukan hak saya, saya tidak bisa berbuat apa-apa," katanya di Jakarta, 8 Agustus 2014.
Ditanya mengenai bagaimana kriteria penggantinya, Emirsyah menuturkan bahwa pemegang saham--dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara--lebih mengetahui apa yang dibutuhkan perseroan. Ia enggan banyak berkomentar mengenai pergantian dirinya yang telah habis masa jabatan dan tidak mungkin diperpanjang.
Emirsyah juga enggan berkomentar mengenai rencananya setelah "pensiun" dari Garuda. "Nantilah jawab itu kalau farewell (pesta perpisahan)," ujarnya. (Baca: Tahun Ini Citilink dan Garuda Tambah 22 Pesawat)
Direktur Utama Pertamina selama dua periode itu memastikan, selama kepemimpinannya, Garuda telah jauh lebih baik. Pada tahun 2006, misalnya, Garuda memiliki utang besar dan modal negatif, tapi kini kondisinya lebih baik.
Tak hanya itu, tahun 2006, Garuda juga tidak memperoleh kepercayaan dari institusi keuangan dan memiliki produk dan servis di bawah standar. "Garuda jauh lebih besar sekarang," kata Emirsyah. (Baca: Garuda Maintenance Bangun Hanggar Rp 274 Miliar)
ANANDA PUTRI
Baca juga:
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah
5 Gugatan Prabowo yang Dipertanyakan Hakim MK
Orang Kaya Baru Indonesia Tersebar di Pedalaman
Merasa Kecewa, Pendukung Prabowo Pindah Dukungan